Sunday, January 20, 2019

Things to Do: While You're Pregnant


Post kali ini saya dedikasikan untuk yang sedang hamil, baik anda sendiri atau orang yang anda kenal. Bisa disimak post berikut ini ya.

Tulisan ini murni berasal dari pengalaman saya sendiri ketika sedang hamil, tahun 2015-2016 lalu.

Pertama-tama, perlu saya tekankan kalau kondisi kehamilan tiap orang berbeda-beda. Jadi mungkin hal-hal berikut ini bisa saja cocok untuk beberapa orang dan tidak untuk beberapa orang lainnya. Silakan disesuaikan sendiri dengan kondisi kehamilan dan hal-hal lainnya ya 

1. Jalan-jalan sebelum hamil tua.
Pada saat itu, ketika umur kandungan masih baru trisemester awal, saya bersemangat mengajak suami untuk pergi liburan singkat berdua. Tidak usah muluk-muluk, saya hanya mengajak suami liburan ke Kota Batu dan menginap selama dua malam, berdua saja.
Kami sadar kalau sebentar lagi waktu kami akan selalu tersita dengan kehadiran buah hati, sehingga kami ingin memanfaatkan waktu berdua ini dulu.
Tapi jangan lupa, kemanapun tujuannya, selalu ingat agar tidak terlalu lelah ya, dan selalu konsultasikan ke dokter jika ada keluhan.

2. Meluangkan banyak waktu untuk diri sendiri (me time).
Jika ini kehamilan anak pertama anda, maka perlu diingat bahwa ketika anak anda sudah lahir, akan sangat sulit untuk meluangkan waktu bagi diri anda sendiri/me time. Oleh karena itu, gunakanlah waktu luang sebaik mungkin untuk melakukan kegiatan seperti perawatan, santai-santai di cafe, membaca buku, belanja baju hamil, menonton film, potong rambut, dan lain-lain. Yang penting anda merasa santai dan senang.

3. Melakukan kontrol rutin di dokter kandungan.
Setiap bulan, saya selalu kontrol ke sokter kandungan untuk melihat kondisi janin dengan USG. Senang rasanya dapat melihat bayi saya semakin besar, selain merasakan gerakan-gerakannya yang semakin kuat di dalam perut.
Selain memeriksa kondisi janin, dokter kandungan juga memeriksa kondisi ibu, seperti mengontrol berat badan, dan menjawab pertanyaan seputar keluhan-keluhan yang dirasakan.

4. Mempersiapkan nama bayi.
Hal ini tentu harus dilakukan, dan bagi saya dulu, bukan merupakan hal yang mudah. Nama adalah doa dan harapan dari orang tua, oleh karena itu harus dipersiapkan dengan sungguh-sungguh.
Baik melalui buku, ataupun browsing di internet, kegiatan ini bisa mengisi waktu luang anda dengan cukup menyenangkan.

5. Mempersiapkan kedatangan sang bayi.
Kegiatan satu ini bisa jadi cukup melelahkan, jadi pastikan bahwa anda mulai memikirkannya sejak awal, sehingga tidak terburu-buru "dikejar" waktu tanggal perkiraan kelahiran.
Dalam post berikutnya, saya akan membuat list barang-barang yang menurut saya perlu dan tidak perlu untuk dipersiapkan selama masa kehamilan.

6. Olahraga ringan (senam hamil, jalan pagi/sore, dll)
Seperti yang sudah saya bahas di post sebelumnya, saya dulu memang kurang olahraga, padahal saya berencana lahir normal. Saya hanya berjalan-jalan di mall setiap weekend bersama suami. Pada kenyataannya, ketuban saya pecah tanpa ada kontraksi dan bukaan hingga 9 jam, sehingga kami memutuskan untuk operasi.
Senam hamil biasanya sering diadakan di rumah sakit, terutama Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA). Anda bisa mencari informasi mengenai jadwalnya di rumah sakit terdekat. Atau jika anda mau, bahkan senam hamil dapat dilakukan di rumah. Banyak sekali sumber yang memberikan tutorial mengenai senam hamil, mulai dari video di Youtube, artikel di blog, web, dan lain-lain. Saya yakin, senam hamil itu membantu dalam proses persalinan.

7. Mempersiapkan hari kelahiran.
Anda mungkin sudah tahu mengenai tas darurat yang harus dipersiapkan pada hari-hari menjelang kelahiran. Mengenai isi tas yang harus dipersiapkan, anda dapat mencarinya pada banyak sumber di internet. Hal-hal tersebut seperti surat-surat untuk pembuatan akta kelahiran, baju ibu+bayi untuk pulang dari rumah sakit, baju-baju suami, pembalut nifas, dan lain-lain.
Saya akan membahas lebih lanjut mengenai hal ini pada post berikutnya.
Selain itu, ada baiknya jika anda melihat-lihat dulu di rumah sakit yang menjadi "kandidat" untuk tempat anda bersalin nanti. Perhatikan kenyamanan ruangannya, kebersihannya, keramahan staf dan perawatnya, jarak lokasi, dan sebagainya.

8. Banyak-banyak beristirahat.
Kira-kira beberapa minggu sebelum hari kelahiran, saya merasa selalu lelah sehingga banyak sekali tidur. Menurut saya, hal itu juga baik dilakukan, mengingat setelah lahiran nanti orang tua akan banyak begadang.
Bayi yang baru lahir masih belum mengikuti irama jam tidur kita, sehingga sangat mungkin bangun dan terjaga di tengah malam. Selain itu, bayi baru lahir juga perlu diberi ASI setiap 2 jam sekali. Bayangkan jam tidur yang akan terbuang untuk itu.
Oleh karena itu, bagi ibu hamil yang bekerja, ada baiknya jika mengambil cuti pada minggu menjelang hari perkiraan kelahiran.

Nah, itu kira-kira yang perlu dilakukan ketika sedang hamil versi saya. Bagaimana dengan anda? Semoga sehat selalu ya :)

Reminiscing My Pregnancy Journey

Sebagai pembukaan dari konten-konten lainnya dalam blog ini, lebih baik saya bercerita dulu tentang pengalaman kehamilan saya.

Saat itu akhir tahun 2015, dan saya benar-benar tidak sadar kalau saya hamil, terutama karena tanda-tandanya yang tidak jelas. Kalau ibu-ibu lain ada yang morning sickness sampai tidak bisa makan apa-apa, saya justru santai-santai saja. Tapi memang, di minggu-minggu pertama kehamilan saya merasakan gejala maag (atau setidaknya itu yang saya kira), karena memang saya punya penyakit maag kambuhan sejak remaja. Gejala tersebut benar-benar mirip maag, apalagi datangnya ketika waktu-waktu makan malam. Yang agak mengherankan adalah gejala itu muncul padahal saya tidak terlambat makan. Sebagai seorang yang sudah sering kena maag, saya berasumsi kalau pola makan saya biasanya memang kurang baik, jadi maag itu datang terus. Kemudian untuk mengatasi rasa sakitnya, dan mencegah supaya "maag" itu tidak bertambah parah, saya minum obat maag (promag, mylanta, dll). Anehnya gejala tersebut hilang kira-kira dalam waktu satu minggu saja.

Karena jadwal mens saya terlambat (2 bulan), saya tentu sudah mencoba testpack, yang dimana hasilnya adalah negatif (padahal itu kira-kira kandungan sudah hampir umur sebulan). Benar-benar bersih garisnya hanya satu. Oleh karena itu saya santai saja, terlebih mengingat saya sudah merasakan gejala kram perut seperti akan mens (atau, sekali lagi, setidaknya itu yang saya kira). Padahal itu adalah keadaan di mana rahim berkontraksi membesar karena menyiapkan kehamilan.

Baru kira-kira 2 minggu kemudian saya coba testpack lagi, karena mens tidak kunjung datang, dan saya merasa payudara saya agak membesar dan mengeras. Hasilnya ketika itu sudah positif. Sudah ada dua garis merah yang perlahan muncul menjadi jelas. Kemudian saya coba tes darah untuk kadar HCG, yang menunjukkan umur kehamilan yang sudah sebulan lebih. Barulah saya ngeh gejala-gejalanya selama sebulan ini.

Setelah mengetahui kehamilan tersebut, tentu saya langsung ke dokter kandungan di dekat rumah. Kata dokter, kandungannya masih kecil sekali sampai harus USG lewat bawah. Sebenarnya dokter agak bingung, karena tanggal haid terakhir dengan perkiraan gestasinya (penempelan ovum yang sudah dibuahi pada dinding rahim) jauh sekali, hampir satu bulan. Jadi, ukuran kandungan dan hasil kadar HCG menunjukkan usia kandungan satu bulan lebih, sementara perkiraan haid terakhir sudah dua bulan. Oleh karena itu, saya diberi obat penguat kandungan dan juga vitamin.

Pada minggu-minggu berikutnya, saya juga tidak merasakan morning sickness, hanya mual terhadap makanan tertentu, seperti telur. Padahal, telur itu baik untuk kesehatan janin. Namun saya tetap berusaha melengkapi gizi dengan makanan-makanan lain yang kaya protein selain telur. Syukurlah, tidak ada masalah saat bulan-bulan berikutnya hingga saat persalinan tiba.

Hingga minggu ke-39, saya tidak merasakan kontraksi sama sekali. Hanya kontraksi palsu yang kecil, dan tidak menyakitkan sama sekali. Sebenarnya saya ingin melahirkan normal, jadi tidak menyiapkan tanggal atau janjian dengan dokter kandungan saya. Tapi mungkin saya kurang rajin olahraga seperti senam hamil, atau jalan pagi, yang katanya bagus untuk merangsang pembukaan saat lahiran.

Tepat pada minggu ke-40, di hari perkiraan kelahiran, pagi itu ketuban saya pecah. Tidak ada kontraksi atau apapun, tapi saya tahu kalau itu ketuban pecah. Rasanya memang seperti ada yang pecah di dalam, dan air tiba-tiba keluar banyak di lantai. Warnanya kecoklatan seperti ada warna darah. Langsung saya membangunkan suami saya, yang kemudian panik seperti disambar petir. Saya tenang saja, karena tidak merasakan sakit kontraksi samas sekali. Bahkan saya sempat ganti baju di kamar mandi (seharusnya tidak boleh banyak bergerak ketika ketuban sudah pecah, karena akan membuat air ketuban semakin banyak keluar).

Setelah ditunggu 9 jam di rumah sakit, dan bukaan baru 2, jadi saya dan suami memutuskan untuk operasi saja. Hal tersebut mengingat air ketuban yang semakin habis (walaupun dokter bilang masih aman, dan bisa ditunggu sampai pagi). Saya memang tidak berniat mencoba induksi, karena di balik rasa sakitnya yang luar biasa, keberhasilan induksi juga tidak dapat dipastikan. Saya juga bukan orang yang benar-benar mengharuskan lahir normal. Yang saya pentingkan adalah bayi saya lahir selamat dan sehat.

Jadilah saya menjalankan operasi caesar, rasanya tegang dan dingin sekali saat di ruang operasi. Namun puji Tuhan bayi saya lahir sehat dengan berat badan yang normal.

Nah, berdasarkan pengalaman saya tersebut, ada beberapa hal yang bisa menjadi pelajaran untuk saya, dan mungkin juga untuk para pembaca sekalian:
1. Gejala PMS dan gejala kehamilan bisa jadi sangat mirip.
2. Testpack bisa jadi tidak menunjukkan hasil positif saat sudah hamil, karena kadar HCG yang terlalu rendah. Untuk hasil yang sangat akurat, lebih baik tes darah (tapi tes ini memang mahal).
3. Harus pandai mengatur gizi, baik dari makanan, vitamin, ataupun susu kehamilan. Sudah banyak sumber terpercaya mengenai hal ini di internet, bisa dicari sendiri.
4. Jika ingin melahirkan normal, maka harus berusaha dengan rajin olahraga senam hamil dan jalan sehat. Tidak harus ikut kelas senam hamil, melainkan dapat dilakukan sendiri di rumah. Panduan mengenai senam hamil juga sangat banyak di internet.
5. Apapun rencananya, baik melahirkan normal maupun caesar, ada kalanya kita harus berpasrah dan dan mengambil jalan yang terbaik untuk keselamatan anak kita.

Sekian sharing mengenai pengalaman kehamilan saya. Jika ada tanggapan, pertanyaan, atau sekadar menyapa, bisa dituliskan di kolom komentar.
Semoga berguna bagi para pembaca semuanya 
Terima kasih 

Welcome Notes

Halo!
Saya adalah seorang ibu dari anak laki-laki berumur 2 tahun. Dalam blog ini, saya akan membagikan pengalaman saya, baik dalam bentuk review, curhat, atau sekedar sapaan bagi para ibu lain yang membutuhkan semangat.
Motivasi saya untuk menulis blog ini adalah murni untuk membantu orang lain, karena saya sendiri adalah orang yang sering membutuhkan informasi dari internet. Hehehe.

Sekian perkenalan singkat dari saya. Saya akan mencoba untuk posting konten-konten baru secepatnya.

Selamat datang! Selamat membaca :)

Requested Topic: Mengatasi BAPILNAS Tanpa Obat Kimia?

Halo ibu-ibu semuanyaaa... Maaf ya karena saya lama tidak menulis di blog ini, karena akhir-akhir ini rasanya capek dan sibuk dengan kerjaan...