Friday, March 22, 2019

Sharing Session: Weaning Story (Menyapih)


Buat yang sudah baca tulisan saya tentang Lemonilo, mungkin sudah tahu kalau saya masih menyusui (ASI) sampai anak saya umur 2,5 tahun.


Sebenarnya ada banyak pertimbangan kenapa saya tidak menyapih sejak awal, atau pas ketika umurnya 2 tahun. Tapi yang pertama pertimbangan saya itu adalah, karena anak saya itu nggak suka minum susu sapi. Saya sudah coba berbagai macam susu, mulai dari susu formula, dan UHT seperti Bebelac Go, Chill-Go, Greenfield, Frisian Flag, Ultra Mimi, Indomilk, dengan berbagai macam rasa. Saya juga belinya yang ukuran imut-imut itu loh, dan anak saya itu minumnya cuma berapa teguk terus nggak mau lagi. Kalau dirayu-rayu mau minum beberapa teguk lagi. Tapi intinya nggak pernah sampai habis, setengah pun jarang.

Selain itu, faktor mindset saya sendiri, karena saya kasihan kalau dia harus kehilangan hal yang dia sukai. Biasanya anak saya selalu tidur sambil menyusu, kalau bosan, menyusu. Setelah tidak bertemu seharian juga minta susu. Seperti yang ibu-ibu tahu, menyusui itu memang bonding time yang berharga sekali. Menyusui itu suatu anugrah yang indah dan saya saat itu belum rela melepaskannya.

Kemudian ketika anak saya memasuki usia 2,5 tahun, saya mulai mengurangi intensitas menyusunya. Terutama ketika liburan ke kampung halaman selama tiga hari. Saat itu, setiap hari selalu pergi bersama keluarga besar. Jadi perhatiannya teralihkan karena berada di suasana dan orang-orang yang "tidak biasanya". Selama 3 hari itu saat siang ia tidak pernah minta menyusu. Sisa pagi bangun tidur, dan malam hari. Kemudian setelah pulang ke Surabaya, saya ingin melanjutkan intensitas tersebut, bahkan menguranginya secara bertahap.

Kalau siang hari, saya memberinya pengertian, kalau sudah besar tidak bisa menyusu lagi karena sudah bukan baby. 3-5 hari awal memang berat saat waktunya tidur siang, karena dia sudah mengantuk tapi tidak diperbolehkan menyusu, kemudian marah-marah. Jadi saya gendong-gendong dan dinyanyikan sampai tertidur. Rasanya jadi seperti kembali saat dia bayi...


Saya mulai berpikir kalau mungkin menyapih ini tidak akan menghentikan kedekatan saya dengan anak saya, tapi Tuhan menggantikannya dengan cara lain.

Setelah berlangsung sekitar 2 minggu, kemudian pada suatu "momen" :p, suami saya bilang kalau ASI saya rasanya kecut. Saya jadi agak takut dan kemudian cari-cari di internet. Dari hasil browsing yang saya dapat, bisa saja itu karena saya kurang makan karbohidrat. Saya memang saat itu sedang mengurangi makan, karena berat saya sejak melahirkan masih nyantol 3 kilo. Jadi mungkin saja terjadi penumpukan asam laktat, karena tidak ada karbohidrat yang bisa diubah jadi gula. (Setidaknya itu yang saya tangkap)

Saya jadi makin mantap untuk menyapih, karena kasihan kalau anak saya harus minum ASI yang rasanya asam. Malah saya membayangkan kalau itu berbahaya untuk lambungnya (meskipun saya tidak tahu sebenarnya begitu atau tidak).

Dalam suatu pembicaraan dengan anak saya saat sebelum tidur, anak saya hatinya sedang ceria. Kemudian saya ambil kesempatan itu untuk beritahu, kalau besok sudah tidak menyusu lagi kalau mau tidur. Dan dia jawab iya. Kemudian saya yakinkan lagi, dan jawabnya tetap iya. Besoknya, ternyata dia masih minta menyusu, tapi untunglah suami saya suportif dan berusaha mengalihkan perhatiannya. Begitu terus yang saya lakukan selama beberapa hari kemudian. Saya selalu ingatkan kalau dia sudah besar, dan dihibur dengan rencana-rencana untuk anak yang sudah besar (anak saya minta main roller coaster). Saya berjanji untuk mengajaknya ke taman hiburan dan naik wahana di sana (tentunya bukan roller coaster).

Dan itulah, sejak itu anak saya sudah berhenti minum ASI lagi. Saya selalu berusaha untuk memberi susu sapi, tapi dia tidak suka. Jadi saya beri produk-produk turunan susu seperti yoghurt anak-anak dan keju yang untungnya dia sangat suka. Selain itu saya juga berikan suplemen kalsium untuk anak, supaya kebutuhan kalsiumnya tetap terpenuhi.

Jadi tips saya untuk ibu-ibu lainnya:
1. Kalau menurut saya, menyapih itu lebih baik bertahap dan perlahan. Saya tidak mau pakai metode puting diwarnai, diberi kayu putih atau sebagainya, karena saya tidak mau berbohong. (Saya pernah baca tentang "jangan berbohong pada anak jika tidak ingin dibohongi oleh anak anda").
Note: Tapi tentu ini tidak bisa diterapkan kalau harus menyapih karena kondisi yang terpaksa, seperti karena sakit, dsb.

2. Beberapa hari pertama memang berat, tapi jangan menyerah dan tanamkan pemikiran yang mantap. Mengertilah kalau anak anda hanya ingin menyusu untuk merasa dekat dengan anda, karena itulah yang dilakukannya sejak lahir. Biasanya mereka mencari hal lain untuk menggantikan "ritual" menyusu sebelum tidur. Kalau anak saya sekarang ingin tidur ditemani ayah ibunya (biasanya cuma cari ibunya saja).

3. Setelah berhenti menyusui, mungkin anda akan kagum dengan perubahannya. Anak saya makannya jadi lebih lahap dan beratnya naik satu kilo (padahal biasanya susahhh sekali menaikkan beratnya). Selain itu, ketika tidur malam, saya bisa menyaksikan bonding antara dia dan ayahnya yang sekarang selalu disayang-sayang. Padahal dulu termasuk jarang cari ayahnya.


Jadi begitu ibu-ibu cerita menyapih ala saya... Bagaimana dengan anda? Cerita yuk.


No comments:

Post a Comment

Requested Topic: Mengatasi BAPILNAS Tanpa Obat Kimia?

Halo ibu-ibu semuanyaaa... Maaf ya karena saya lama tidak menulis di blog ini, karena akhir-akhir ini rasanya capek dan sibuk dengan kerjaan...