Thursday, June 27, 2019

Requested Topic: Mengatasi BAPILNAS Tanpa Obat Kimia?

Halo ibu-ibu semuanyaaa... Maaf ya karena saya lama tidak menulis di blog ini, karena akhir-akhir ini rasanya capek dan sibuk dengan kerjaan baru, sekaligus liburan ke kampung halaman.

Kali ini saya mau bahas tentang topik yang di-request sama salah seorang ibu di kolom jawaban di Instagram @babyminediary, yaitu tentang mengatasi BAPILNAS (Batuk, Pilek, Panas) pada anak tanpa obat kimia.


Memang yah tiga penyakit ini tuh penyakit langganannya anak kecil. Bukan penyakit yang parah atau berbahaya sih, tapi kasihan lihat anak kita sakit kan. Apalagi kalau demam itu rasanya was-was, saya sampai selalu sedia termometer dan pegang dahi anak saya terus-terusan untuk cek suhunya.

Nah saya mau membagi pengalaman saya dalam mengatasi BAPILNAS pada anak saya yang hampir berumur 3 tahun ini:

BATUK-PILEK (atau salah satunya)
  • BAPIL Ringan
Memang anak-anak itu nggak bisa ya disuruh bilang kalau dia mulai terasa nggak enak badan. Cuma tiba-tiba rewel dan moody gitu aja. Tapi tanda-tanda pertama seperti mulai batuk-batuk kecil yang konstan (jadi beberapa kali sehari) itu bisa jadi gejala awal batuk. Begitu pula dengan pilek, biasanya mulai terdengar "srot-srot" kalau anak bernapas, atau mulai meler.Untuk tahap ini, kalau mereka masih normal-normal aja, nggak rewel atau lesu, biasanya saya langsung beri mereka "immune booster" seperti Echinacea dan First Defense-nya Childlife.

2 Produk ini natural ya Buibu, jadi walaupun dalam packing seperti obat, tapi komposisinya bukan pakai obat-obatan yang biasa dikasih dari dokter. First Defense itu dibuat dari tanaman-tanaman seperti daun zaitun, hypericum, dll. Kalau echinacea itu di sini dibentuk pil jadi "Imboost Force". Saya tahu sebenarnya masih banyak obat-obat tradisional dari tanaman di Indonesia, tapi saya nggak ada akses buat nyarinya. Apadaya, rumah di daerah industri. Taman aja nggak punya 😭 (jadi curhat kan).

Biasa saya kasih cuma sekali sehari walaupun di labelnya 3x sehari kalau untuk yang sedang sakit. Kenapa? Soalnya saya seling sama Sambucol (dan juga karena mahal :p). Tapi serius Buibu, Sambucol ini mantap kalau untuk gejala-gejala awal sakit. Di labelnya juga tulisannya lebih baik diminum dalam 24 jam gejala awal. Biasanya, dibarengi dengan makan makanan yang kuah-kuah dan air hangat, kondisi anak saya mulai membaik, 

Kalau gejalanya tidak membaik (tapi tidak tambah parah) biasanya saya tambah frekuensinya, misal biasanya cuma kasih sambucol 1x dan Childlife Echinacea 1x, saya tambah jadi sambucol-nya 2 atau 3x sehari seperti di labelnya. Asal tidak melebihi dosis yang sudah disarankan ya.


  • BAPIL berat
Pernah nih, anak saya setelah saya beri obat-obatan herbal seperti di atas itu, gejalanya tidak tambah ringan tapi naik tingkat jadi tambah parah. Ya udah kalau begitu, saya nggak berani memaksakan obat-obatan herbal untuk anak saya. Saya langsung kasih obat dokter (dulu pernah diresepkan oleh dokter), dan saya ikuti dosis pemberian obatnya.

Sebenarnya obat-obatan untuk batuk dan pilek itu cuma buat menekan gejalanya saja ya, kalau dokter anak saya biasanya kasih Isprinol juga untuk "membersihkan" virusnya. Tapi dikonsultasikan dulu ke dokter anak masing-masing ya.

PANAS (dan kombinasi Batuk-Pilek)

  • Di bawah 38°C: Kalau anak saya sudah terasa agak hangat badannya (atau sumeng), biasanya saya kasih minum air putih yang banyak. Saya nggak langsung kasihkan obat, karena peningkatan suhu tubuh itu adalah respon alami tubuh untuk membunuh penyebab penyakit. Kalau malam dan badan anak masih sumeng, saya oles Young Living Essential Oil yang Peppermint dan Lavender masing-masing 1 tetes, lalu ditutup dengan kaus kaki. Ini sudah 2x mempan untuk anak saya.





  • 38°C-39°C: Kalau suhu tubuh anak melebihi 38°C, selalu amati perilaku anak. Kalau anak masih ceria seperti biasanya, nyanyi-nyanyi, lari-larian, dan doyan makan ya biasanya saya kasih obat demam aja dan nggak usah panik. Saya biasa kasih yang bahannya Paracetamol, bukan yang Ibuprofen, karena Ibuprofen itu efek sampingnya lebih berbahaya dari paracetamol. Tidak lupa, saat tidur oleskan Young Living Essential Oil yang Peppermint dan Lavender seperti di atas (soalnya anak saya nggak suka kakinya diolesi minyak kalau masih bangun, kalau tidur kan dia nggak tau).

Kapan bawa anak ke rumah sakit?? Sekali lagi amati perilakunya ya Buibu. Kalau anak nggak mau makan minum dan lemas, dan suhunya sudah di atas 38°C, lebih baik dibawa ke dokter aja. Apalagi ditambah kalau suhunya di atas 39°C. Sebenarnya yang menyebabkan heat stroke atau "setep" kalau bahasa orang sini, itu adalah peningkatan suhu yang terlalu cepat. Jadi kalau suhunya meningkat perlahan dan anak terlihat ceria-ceria aja dengan suhu di bawah 39°C, tidak usah panik. Cukup beri obat dan banyak air putih, dan makanan-makanan yang mudah dicerna.


Jadi gitu Buibu, cara menangani BAPILNAS pada anak versi saya. Mungkin ada cara-cara lain yang ibu-ibu lain pakai? Boleh sharing yuk.








Thursday, May 2, 2019

What's in Our Bag?

Ibu-ibu pasti tahu kan, kalau sudah punya anak bayi, mau pergi kemana-mana itu bawaannya banyakkk. Apalagi kalau ke mall. Yang dulu waktu masih gadis tinggal bawa tas kecil, cuma isi dompet hape dan tissue, sekarang mah nggak bisa.

Sama seperti saya dulu, sejak melahirkan dan pertama kali mau pergi ke mall, saya bingung menata tas dengan barang-barang yang diperlukan oleh si kecil. Jadilah saya bawa diaper bag besar, kayak orang mau minggat. Untung aja ada pak suami yang menemani, jadi bukan saya yang bawa-bawa tasnya :p

Kali ini saya mau membagikan, apa saja isi tas pergi saya dengan anak saya waktu berusia 6 bulan.

1. Pampers cadangan
Yang ini jelas  harus bawa ya, karena kalau waktu pergi tiba-tiba bayi pup, maka harus diganti pampersnya.
2. Baju bayi dan bib cadangan
Kalau bayi berkeringat, atau makanannya tumpah ke baju, bisa langsung ganti baju aja.
3. Alas untuk ganti pampers
Ini cukup berguna, karena kalau misalnya mau ganti pampers di mobil, supaya nggak mengotori jok mobil. Changing pad yang saya punya ini dulu diberikan gratis dari rumah sakit.
4. Selimut, jaket, dan topi bayi
Jaga-jaga kalau misal tempatnya dingin, atau anginnya kencang. Kadang-kadang kita tidak sadar kalau di mall yang biasa kita datangi itu terdapat beberapa spot yang dingin. Kalau punya anak baru sadar, "wah angin AC-nya cukup kencang di sini".
5. Nursing Cover
Ini berguna sekali, kalau tiba-tiba bayi minta menyusu, tinggal pakai saja. Jangan lupa pilih yang bahannya tidak tembus pandang tapi tetap adem ya.
6. Tissue kering dan tissue basah antiseptik
Ini berguna untuk mengelap makanan yang tumpah, atau membersihkan tangan bayi sebelum makan.
8. Hand sanitizer
Berguna untuk membersihkan tangan orang tuanya ketika tidak sempat cuci tangan pakai air dan sabun.
9. Minyak telon
Kalau bayi tiba-tiba masuk angin atau rewel, karena terkadang (sering sih) ada beberapa hal yang tidak bisa diprediksi dari anak.
10. Botol minum anak.
Karena walaupun sudah minum ASI, tetap harus minum air putih setelah makan.
11. Barang-barang ibunya.
Setelah 10 poin di atas barang-barang anak semua, yang satu ini baru barang ibunya, seperti dompet, handphone, botol minum dan lipstik/lipbalm.

Emang repot deh kalau mau bepergian ketika sudah ada anak. Tapi bahagia juga ketika lihat si kecil senang waktu jalan-jalan.
Kalau barang bawaan versi ibu-ibu lainnya gimana? Boleh share di komentar ya :)

Sunday, March 31, 2019

Back to Nature: Review Sensatia Botanicals


Kali ini saya mau menulis tentang produk skincare, merk lokal Sensatia Botanicals yang diproduksi di Bali. Sensatia Botanicals ini sudah tersertifikasi organik dan halal.
Belakangan ini, sejak hamil saya suka cari produk-produk yang bebas paraben, bahkan kalau bisa yang lebih natural lagi. Yang minim bahan kimia.


Sebelum coba Sensatia Botanicals, saya sempat coba Gentle Cleanser merk Cetaphil, karena banyak banget yang bilang bagus dan enak dipakainya. Saya lihat komposisinya di internet dan memang aman dari paraben, malah komposisinya simple banget. Tapi satu yang saya heran, yaitu masih mengandung SLS (detergen).

Saya sempat coba 2-3 kali untuk cuci muka, kulit saya mulai terasa panas. Mulai dari muka sampai bahu bagian atas jadi merah-merah dan terasa panas kalau dipegang. Dan hal ini berlangsung selama beberapa hari. Waktu itu saya sudah coba berhenti pakai Cetaphil Gentle Cleanser-nya, tapi setelah sudah membaik, saya jadi takut mau pakai lagi. Memang sebenarnya belum tentu itu gara-gara Cetaphilnya, bisa saja saya alergi akan sesuatu. Tapi anehnya saya tidak makan makanan yang tidak biasanya saya makan, dan kebetulan terjadi waktu saya habis ganti sabun muka. Karena sudah terlanjur pesimis sama "Gentle Cleanser" itu, jadi saya jual lagi di Carousell dengan harga murah.

(nb: saya juga pernah pakai body lotion-nya Cetaphil, tapi kulit saya tidak apa-apa, malah menurut saya bagus banget karena awalnya kulit saya kering parah, dan kembali normal setelah pakai body lotion-nya)

Karena kejadian itu, saya coba cari-cari di internet lagi dan kebetulan nemu Sensatia Botanicals ini, yang punya sabun cuci muka "Soapless Facial Cleanser". Saya langsung tertarik beli karena lihat produk-produk lainnya juga semuanya organik.

Setelah barangnya datang dan saya coba, saya langsung jatuh cinta. Memang pertama kali agak kaget sama baunya, karena pakai bahan-bahan alami jadi kayak bau bunga-bunga dan bau tanaman gitu. Sebenarnya ada yang varian unscented, mungkin baunya lebih samar ya. Tapi waktu dipakai di muka rasanya enak banget, tidak membuat kulit kering sekaligus memberi rasa bersih juga. Dan terutama, tidak membuat kulit saya merah dan terasa panas.

Tapi kembali lagi, memang untuk suatu produk, tidak bisa sama hasilnya untuk semua orang ya. Karena ibu saya coba pakai produk itu, tapi malah muncul jerawat. Adik ipar saya juga coba tapi malah "mrintis" (muncul kasar-kasar atau seperti jerawat kecil-kecil). Kalau saya cocok dengan pembersih wajah ini karena memang kulit saya tipe kering ke normal. Mungkin untuk tipe kulit mudah berjerawat bisa pakai yang varian "Acne Clarifying Facial Cleanser".





Merasa cocok dengan Facial Cleanser-nya, saya kemudian coba produk-produk lain juga.
1. Cocoa & Honey Lip Bliss
Lip balm ini baunya enak karena bau coklat, dan ada rasa mint-mintnya. Setelah diaplikasikan di bibir, cukup enak juga karena memang melembabkan bibir saya yang lagi kering parah. Tapi memang gampang hilangnya yah, jadi harus sering dipulas lagi.


2. Hydrating Body Wash
Jadi ini sabun mandi cair (sebenernya mereka juga punya sabun mandi batangan tapi saya lebih suka pakai yang cair biar nggak ribet), dan menurut saya ini memang hydrating seperti namanya. Saya dulu sering sekali mengalami kulit kering di badan, terutama kaki bagian bawah lutut. Tapi saat pakai sabun ini, saya hampir tidak pernah mengalami "kekeringan" itu lagi. Mantul banget lah pokoknya. Sabunnya cukup berbusa juga kok walaupun tanpa detergen/SLS.

3. Hydrating Shampoo
Nah untuk produk ini sebenarnya saya kurang suka. Kenapa? Soalnya hampir nggak berbusa. Sedangkan saya sudah terbiasa keramas dengan banyak busa, karena terasa lebih bersih. Jadi pakai shampoo ini berasa kurang bersih gitu di kulit kepala. Kalau rambutnya sih, setelah dibilas memang terasa jadi keset, tapi waktu keramasnya itu loh, kayak kurang greget aja. Dan produk ini kayak kurang bisa nyebar, jadi saya harus ambil samponya agak banyak.

4. Hydrating Conditioner
Beda jauh sama shampoo-nya, kalau conditionernya ini saya sukaaa banget. Saya inget kepala saya dulu pernah gatal-gatal gara-gara pakai conditioner (merk sebangsanya pantene dll) di kulit kepala. Selain itu kepala juga jadi berminyak parah. Nah kalau conditioner ini, memang cara pakainya dari kulit kepala sampai ke ujung rambut. Jadi menurut saya ini untuk menyeimbangkan shampoo-nya. Walaupun shampoo-nya bikin rambut keset dan nyangkut-nyangkut, tapi setelah pakai ini jadi bener-bener mulus. Dan setelah dibilas, nggak membuat kulit kepala berminyak ataupun gatal-gatal. Cuma terasa lembut, itu ajah.
5. Cleopatra's Rose Facial Hydrate
Saya dapat produk ini dari adik ipar yang kebetulan pulang dari liburan di Bali (lumayan, dapat oleh-oleh). Untuk produk satu ini, sayang banget saya kurang suka. Pelembab ini bahan dasarnya minyak, jadi setelah diratakan di wajah juga terasa berminyak. Saya selalu pakai malam sehabis cuci muka, dan setelah beberapa hari malah di wajah saya ada spot yang kering banget, sampai terasa kasar-kasar dan mengelupas kecil-kecil. Sedih banget rasanya. Mungkin salah saya, karena di petunjuknya sudah ditulis untuk pakai toner dulu. Masalahnya dulu saya belum punya tonernya... Hehehe


6. Karena kulit saya kering, akhirnya saya jadi coba beli toner-nya, yang Neroli Blossom. Ini menurut saya bagus banget untuk yang kulitnya kering seperti saya. Toner ini seperti mist spray, jadi disemprotkan ke wajah dan tinggal diratakan dengan tangan. Saya kombinasikan ini dan Bio Oil, jadi setelah toner-nya kering (keringnya cukup cepat dan meresap di kulit, walaupun tanpa alkohol), saya oleskan Bio Oil di bagian-bagian yang kering. Alhasil setelah hampir seminggu, kulit saya sudah kembali mulus.

7. Barengan sama toner-nya, saya juga coba face scrub untuk menghilangkan sel-sel kulit mati. Baunya agak menyengat sih, tapi setelah dipakai cukup enak juga karena tidak membuat kulit wajah jadi kering.
Minusnya kalau menurut saya sih... Mungkin bulir-bulir scrub-nya agak kurang kecil. Saya masih merasa bulir-bulis scrub di sabun cuci muka seperti biore, ponds dll itu masih lebih kecil dan lebih bisa "menggosok" wajah dengan lembut. Tapi ingat, Sensatia ini scrubnya organik dari kelapa, sedangkan yang di sabun muka itu dari silica. Jadi ada plus-minusnya sendiri ya.

Jadi.... yah secinta itu saya sama Sensatia Botanicals. Walaupun memang ada beberapa yang kurang cocok di saya, tapi saya bisa maklumi mengingat ini organik. Malah produk-produk lainnya saya suka bangettt.

Jadi untuk ibu-ibu yang sedang hamil dan menyusui, bisa banget coba produk ini yah. Untuk lainnya yang mau coba pakai produk alami, ini bener-bener bagus. Apalagi ini produksi lokal lhoo. Ayo kita cintai produk Indonesia!

Friday, March 22, 2019

Sharing Session: Weaning Story (Menyapih)


Buat yang sudah baca tulisan saya tentang Lemonilo, mungkin sudah tahu kalau saya masih menyusui (ASI) sampai anak saya umur 2,5 tahun.


Sebenarnya ada banyak pertimbangan kenapa saya tidak menyapih sejak awal, atau pas ketika umurnya 2 tahun. Tapi yang pertama pertimbangan saya itu adalah, karena anak saya itu nggak suka minum susu sapi. Saya sudah coba berbagai macam susu, mulai dari susu formula, dan UHT seperti Bebelac Go, Chill-Go, Greenfield, Frisian Flag, Ultra Mimi, Indomilk, dengan berbagai macam rasa. Saya juga belinya yang ukuran imut-imut itu loh, dan anak saya itu minumnya cuma berapa teguk terus nggak mau lagi. Kalau dirayu-rayu mau minum beberapa teguk lagi. Tapi intinya nggak pernah sampai habis, setengah pun jarang.

Selain itu, faktor mindset saya sendiri, karena saya kasihan kalau dia harus kehilangan hal yang dia sukai. Biasanya anak saya selalu tidur sambil menyusu, kalau bosan, menyusu. Setelah tidak bertemu seharian juga minta susu. Seperti yang ibu-ibu tahu, menyusui itu memang bonding time yang berharga sekali. Menyusui itu suatu anugrah yang indah dan saya saat itu belum rela melepaskannya.

Kemudian ketika anak saya memasuki usia 2,5 tahun, saya mulai mengurangi intensitas menyusunya. Terutama ketika liburan ke kampung halaman selama tiga hari. Saat itu, setiap hari selalu pergi bersama keluarga besar. Jadi perhatiannya teralihkan karena berada di suasana dan orang-orang yang "tidak biasanya". Selama 3 hari itu saat siang ia tidak pernah minta menyusu. Sisa pagi bangun tidur, dan malam hari. Kemudian setelah pulang ke Surabaya, saya ingin melanjutkan intensitas tersebut, bahkan menguranginya secara bertahap.

Kalau siang hari, saya memberinya pengertian, kalau sudah besar tidak bisa menyusu lagi karena sudah bukan baby. 3-5 hari awal memang berat saat waktunya tidur siang, karena dia sudah mengantuk tapi tidak diperbolehkan menyusu, kemudian marah-marah. Jadi saya gendong-gendong dan dinyanyikan sampai tertidur. Rasanya jadi seperti kembali saat dia bayi...


Saya mulai berpikir kalau mungkin menyapih ini tidak akan menghentikan kedekatan saya dengan anak saya, tapi Tuhan menggantikannya dengan cara lain.

Setelah berlangsung sekitar 2 minggu, kemudian pada suatu "momen" :p, suami saya bilang kalau ASI saya rasanya kecut. Saya jadi agak takut dan kemudian cari-cari di internet. Dari hasil browsing yang saya dapat, bisa saja itu karena saya kurang makan karbohidrat. Saya memang saat itu sedang mengurangi makan, karena berat saya sejak melahirkan masih nyantol 3 kilo. Jadi mungkin saja terjadi penumpukan asam laktat, karena tidak ada karbohidrat yang bisa diubah jadi gula. (Setidaknya itu yang saya tangkap)

Saya jadi makin mantap untuk menyapih, karena kasihan kalau anak saya harus minum ASI yang rasanya asam. Malah saya membayangkan kalau itu berbahaya untuk lambungnya (meskipun saya tidak tahu sebenarnya begitu atau tidak).

Dalam suatu pembicaraan dengan anak saya saat sebelum tidur, anak saya hatinya sedang ceria. Kemudian saya ambil kesempatan itu untuk beritahu, kalau besok sudah tidak menyusu lagi kalau mau tidur. Dan dia jawab iya. Kemudian saya yakinkan lagi, dan jawabnya tetap iya. Besoknya, ternyata dia masih minta menyusu, tapi untunglah suami saya suportif dan berusaha mengalihkan perhatiannya. Begitu terus yang saya lakukan selama beberapa hari kemudian. Saya selalu ingatkan kalau dia sudah besar, dan dihibur dengan rencana-rencana untuk anak yang sudah besar (anak saya minta main roller coaster). Saya berjanji untuk mengajaknya ke taman hiburan dan naik wahana di sana (tentunya bukan roller coaster).

Dan itulah, sejak itu anak saya sudah berhenti minum ASI lagi. Saya selalu berusaha untuk memberi susu sapi, tapi dia tidak suka. Jadi saya beri produk-produk turunan susu seperti yoghurt anak-anak dan keju yang untungnya dia sangat suka. Selain itu saya juga berikan suplemen kalsium untuk anak, supaya kebutuhan kalsiumnya tetap terpenuhi.

Jadi tips saya untuk ibu-ibu lainnya:
1. Kalau menurut saya, menyapih itu lebih baik bertahap dan perlahan. Saya tidak mau pakai metode puting diwarnai, diberi kayu putih atau sebagainya, karena saya tidak mau berbohong. (Saya pernah baca tentang "jangan berbohong pada anak jika tidak ingin dibohongi oleh anak anda").
Note: Tapi tentu ini tidak bisa diterapkan kalau harus menyapih karena kondisi yang terpaksa, seperti karena sakit, dsb.

2. Beberapa hari pertama memang berat, tapi jangan menyerah dan tanamkan pemikiran yang mantap. Mengertilah kalau anak anda hanya ingin menyusu untuk merasa dekat dengan anda, karena itulah yang dilakukannya sejak lahir. Biasanya mereka mencari hal lain untuk menggantikan "ritual" menyusu sebelum tidur. Kalau anak saya sekarang ingin tidur ditemani ayah ibunya (biasanya cuma cari ibunya saja).

3. Setelah berhenti menyusui, mungkin anda akan kagum dengan perubahannya. Anak saya makannya jadi lebih lahap dan beratnya naik satu kilo (padahal biasanya susahhh sekali menaikkan beratnya). Selain itu, ketika tidur malam, saya bisa menyaksikan bonding antara dia dan ayahnya yang sekarang selalu disayang-sayang. Padahal dulu termasuk jarang cari ayahnya.


Jadi begitu ibu-ibu cerita menyapih ala saya... Bagaimana dengan anda? Cerita yuk.


Tuesday, March 12, 2019

Back to Nature: Lemonilo, Pengobat Rindu Makan Indomie

(Saya tidak dibayar oleh pihak Lemonilo. Tulisan ini sekedar inisiatif untuk berbagi pengalaman pribadi)



Siapa yang sudah pernah dengar Lemonilo ??
Ya, itu mie instan yang katanya dibuat dari bahan alami dan dengan proses yang lebih sehat dari mie instan pada umumnya (Indomie, Sedaap, dll)

Jadi ceritanya saya itu menyusui ASI Eksklusif sejak anak saya lahir hingga 2,5 tahun. Dan selama itu pula saya menjaga makanan yang saya makan, makan sehat dan menghindari pengawet, perasa, MSG, dll. Jadi saya sudah sejak 2016 tidak makan Indomie dan sebangsanya (termasuk Pop mie juga). Selain mie instan, saya juga benar-benar menghindari ayam KFC, MCD, dan ayam horn lainnya (cuma makan kalau terpaksa, nggak ada makanan lain).

Nah kemudian waktu usia anak saya 2 tahun lebih, saya lihat iklan di Youtube, tentang mie instan yang sehat karena dibuat dari bahan-bahan alami. Kemudian saya cari tahu lebih dalam di internet, katanya mie instan tersebut dibuat dari bayam, dan diproses (dikeringkan) dengan cara dipanggang, bukan digoreng seperti mie instan lainnya. Mie tersebut juga tidak menggunakan MSG, pengawet dan pewarna. Oleh karena itu masa penyimpanannya tidak bisa terlalu lama.

Rasanya too good to be true banget sih. Saya belum pernah tahu ada mie instan yang sehat.

Nah kemudian karena penasaran saya mulai cari, di Hypermart, Superindo, Indomaret, waktu itu belum ada. Dan saya nggak sengaja nemu di Alfamidi.

Gimana rasanya???

ENAKK. Rasanya miriipp sama Indomie goreng. Bumbunya juga mirip dengan Indomie, ada minyaknya, kecap, bumbu bubuk dan bubuk cabai. Tapi tekstur mie-nya agak lebih keras sih, tidak sekenyal Indomie.

Untuk harganya memang agak mahal, dijual kurang lebih seharga Rp7000,- di supermarket-supermarket. Tapi untuk pengobat rindu makan Indomie untuk ibu menyusui seperti saya, worth it laahh...

Nah gimana, ibu-ibu sudah pada coba?
Gimana pendapatnya? Boleh kalau mau share yah...

Thursday, March 7, 2019

I Wish I Knew: What's in an Hospital Bag

Seperti yang saya janjikan pada post While You're Pregnant, kali ini saya mau share salah satu persiapan kelahiran yang paling penting: Hospital Bag atau tas yang nantinya akan dibawa ke rumah sakit, supaya kalau sudah kontraksi, atau ketuban pecah, tidak usah bingung menyiapkan barang-barang bawaan lagi, tinggal bawa saja.
Selain untuk yang berencana lahir normal, anda yang berencana melahirkan dengan metode caesar juga perlu menyiapkan hospital bag ya, untuk jaga-jaga aja. Sebaiknya hospital bag ini disiapkan sebelum memasuki trisemester ketiga.

Dulu saya juga baru tahu hospital bag ini dari internet, tapi tentu berbeda sumber, beda pula saran yang diberikan. Dan itu tentu saja tergantung pada masing-masing orang, tentang apa yang perlu dan tidak perlu. Jadi sekarang saya akan membagikan list saya, dan akan saya bahas apakah kenyataannya barang tersebut benar-benar dibutuhkan.

  • 2 pasang baju untuk ibu: 1 untuk cadangan baju di rumah sakit, dan 1 untuk dipakai saat pulang dari rumah sakit
Baju untuk ibu ini memang penting. Dulu saya bawa beberapa piyama untuk dipakai di RS, dan ternyata juga tidak terlalu terpakai, karena nanti kita akan dipinjami baju rumah sakit. Tapi tetap perlu baju cadangan, terutama untuk persiapan saat pulang. Tapi satu hal yang saya pelajari dari pengalaman saya: bawa baju yang bisa digunakan untuk menyusui! Karena saya dulu nggak kepikiran sama sekali kalau saya akan sering menyusui bayi. ASI bakal keluar atau tidak saja, saya masih belum yakin. Baru deh waktu mau pulang dari RS, saya ganti baju dan anak saya nangis, mau menyusui tapi baju yang saya bawa itu rok terusan yang modelnya seperti daster (maklum karena masih terlihat buncit, biar nggak kelihatan). Akhirnya saya ganti baju piyama untuk pulang dari RS.


  • Bra Menyusui
Jangan lupa untuk menyiapkan juga bra khusus untuk menyusui, karena capek loh kalau harus lepas pasang bra untuk menyusui. Untuk awal kelahiran, lebih baik gunakan bra menyusui yang tidak berkawat dan ber spons. Tapi sediakan juga bra menyusui dengan spons atau kawat untuk digunakan ketika bepergian. Oh iya, siapkan juga breast pad karena mungkin ASI bisa bocor dan tembus ke baju.

  • Baju untuk bayi foto dan saat pulang dari RS
Dulu saya tidak menyiapkan baju apa-apa untuk foto, jadi bajunya dipinjami dari rumah sakit. Mungkin lucu juga sih kalau saya bawakan kostum bayi supaya fotonya lebih bagus. Selain itu, saat pulang dari rumah sakit, saya bawakan baju lengan panjang dan celana panjang supaya hangat di perjalanan.

  • Pampers cadangan
Di rumah sakit, bayi saya dipakaikan pampers merk Cuddles. Untungnya dia cocok-cocok saja, tidak ada iritasi apapun. Tapi sebaiknya berjaga-jaga bawa beberapa pampers sendiri supaya kalau ada iritasi tetap ada pilihan lain.

  • Baju ganti untuk suami
Selain peralatan untuk ibu dan anak, jangan lupakan suami juga ya... Sediakan beberapa dalaman, baju rumah dan baju pergi, karena bisa digunakan untuk menemui pengunjung.

  • Lip Balm
Kalau anda sudah baca pengalaman saya selama hamil sampai melahirkan (anda bisa baca di sini), maka anda akan tahu alasannya kenapa akhirnya saya memutuskan untuk operasi, padahal tanpa rencana apa-apa. Nah untungnya saya membawa lip balm, karena bibir saya sempat terasa pecah-pecah. Memang sebelum operasi, prosedurnya adalah puasa dulu beberapa jam. Setelah operasi pun, tidak boleh minum air banyak-banyak dulu. Apalagi di ruang operasi itu sangat dingin, ditambah perasaan deg-degan mengetahui kalau perut kita ini mau disayat. Nggak tahu deh sepucat apa wajah saya waktu itu. 

  • Surat-surat untuk membuat akte lahir
Sekarang, sudah ada layanan pembuatan akte lahir oleh rumah sakit. Jadi anda hanya perlu menyiapkan surat-surat yang dibutuhkan, seperti KTP anda dan suami, akte pernikahan, dan KK. Tapi coba cek dulu di daerah anda, siapa tahu persyaratannya berbeda. Dengar-dengar, sekarang juga akan diberlakukan KTA atau KTP Anak, dan bisa diurus ketika di RS juga. Jadi lebih baik diurus sekalian dengan akte kelahiran.

  • Minyak kayu putih dan kaus kaki
Setelah keluar dari ruang operasi, badan rasanya dingin sekali, dan baru kembali normal setelah beberapa minggu. Jadi saya dulu pakai minyak kayu putih, kaus kaki, dan selimut tebal (dari RS) untuk menghangatkan badan.

  • Beberapa pembalut nifas (versi saya: adult diapers/popok dewasa)
Saya sempat diberitahu oleh seorang keluarga, kalau ia dulu pakai adult diapers setelah melahirkan. Dan ternyata benar juga, saya sempat pakai pembalut untuk malam hari yang paling panjang, dan ternyata masih kurang nyaman karena bocor (darah nifas memang banyak di awal). Cukup repot juga karena terkena celana dalam dan nanti pulang harus cuci-cuci lagi (saya biasa cuci dalaman sendiri). Kalau pakai adult diapers, tinggal pakai saja, tidak mungkin bocor, dan setelah selesai tinggal dibuang. Tapi saya pakai adult diapers cuma beberapa hari setelah melahirkan, setelah itu lanjut pembalut biasa.

  • Sabun shampoo, handuk
Saya sudah menyiapkan perlengkapan mandi seperti sabun, shampoo, dan handuk, yang ternyata sudah disiapkan oleh pihak RS, jadi tidak terpakai. Tapi lebih baik tanyakan dengan pihak rumah sakit pilihan anda dulu ya.

  • Sikat gigi
Biasanya kalau berpergian dan menginap di hotel, walaupun disediakan sikat gigi dan pasta gigi, saya dan suami selalu pakai milik sendiri. Jadi barang ini harus ada di tas.

  • Make up dan sisir
Tidak usah bawa banyak alat make-up, tapi bawa yang dasar-dasar saja seperti pensil alis, bedak, dan lipstik. Dulu saya tidak mempersiapkan hal ini, jadi muka saya benar-benar kelihatan pucat dan kusut.


Kira-kira itulah list hospital bag ala saya. Mungkin menurut ibu-ibu atau pembaca sekalian, masih ada yang kurang? Boleh di-share ke saya di kolom komentar ya :)

Tuesday, March 5, 2019

Back to Nature: Menstrual Cup Review (Blossom dan AIWO)

Mumpung ada kesempatan untuk menulis, saya ingin membagikan review dari benda yang lagi hot di Indonesia nih, padahal aslinya sudah muncul lama di luar negri. Saya juga baru berani coba beberapa bulan lalu, dan saya sendiri selalu cari review-nya dulu kalau akan membeli barang. Berhubung review tentang menstrual cup ini masih jarang ada versi Indonesianya, jadi saya buat ini untuk mendukung para wanita lain untuk ikut mencoba. Semoga review ini berguna.



1. Blossom Cup
Menstrual cup ini saya beli dari Tokopedia, dengan harga 345.000. Cukup mahal sih menurut saya kalau buat barang sekecil itu *ibu ibu pelit*. Oleh karena ituuu saya tidak mau beli yang harganya 600 ribuan dulu, walaupun merknya lebih terkenal. Tapi untuk Blossom Cup ini sudah saya baca review-nya di Google dan banyak banget yang bilang bagus. Jadi saya coba deh.
Blossom Cup
Blossom Cup
Setelah barangnya datang, saya cukup senang karena ternyata bentuknya tidak sekaku yang saya bayangkan. Cukup lentur tapi tidak rapuh. Punya saya persis seperti itu, warna pink, dan karena saya tidak melahirkan normal seperti yang saya inginkan, maka saya beli ukuran yang kecil. Menstrual cup ini punya empat lubang kecil di bagian atasnya, dan ada batang atau stem di bagian bawah. Oiya di dalam kotaknya juga ada kantung kecil dari kain yang imut, untuk membawa menstrual cup ini kalau bepergian. Selain itu ada juga panduan untuk pemakaian menstrual cupnya.

Setelah saya coba gunakan, menurut saya sih cukup nyaman (kecuali saat pertama kali memasukkan dan mengeluarkan, karena itu yang paling sulit). Tapi setelah beberapa kali, sudah terbiasa, menurut saya nyaman sekali karena tidak ada rasa basah dan lembab seperti ketika memakai pembalut. Selain itu saya bisa tidur dengan nyaman di malam hari, tidak takut tembus. Memang sih masih ada spotting, jadi saya tetap pakai pantyliner untuk jaga-jaga.
Untuk stem-nya, kalau untuk saya itu masih terlalu panjang, jadi saya potong sedikit dan dirapikan dengan gunting kuku agar pinggirannya tidak tajam. Dan ini kalau untuk saya yang biasanya menstruasi cuma sampai medium flow, masih agak kurang besar daya tampungnya. Jadi kalau biasanya menstruasi anda flow-nya banyak, mungkin bisa pakai model lain yang daya tampungnya lebih besar.


2. Lunette Feelbetter Menstrual Cup Cleanser
Saya juga beli sabun khusus pencuci menstrual cup. Karena bahannya silicon, saya tidak yakin sabun apa yang harus digunakan untuk mencuci selain sabun khususnya Saya sempat berpikir untuk pakai sabun cuci alat makan bayi. tapi tulisannya tidak boleh memakai sabun cuci piring juga.
Jadi untuk sabunnya saya beli merk Lunette. Harganya mahal, sekitar 200 ribu lebih, tapi isinya cukup banyak, dan pakainya cuma butuh sedikit sekali. Jadi (seharusnya) awet.
Lunette Feelbetter Menstrual Cup Cleanser
Teksturnya cair, warnanya bening, dan baunya cukup enak. Tidak terlalu wangi, tapi ada wangi segar-nya. Memang dengan beberapa tetes saja, sudah bisa menyebar di permukaan ya, jadi hati-hati saat pertama kali mengeluarkan sabunnya supaya tidak terlalu banyak. Tidak ada jejak licin-licin juga, jadi tetap terasa bersih.

3. AIWO Menstrual Cup
AIWOO Menstrual Cup
Ini adalah menstrual cup kedua yang saya beli setelah Blossom. Awalnya cukup ragu juga waktu mau beli, sampai saya tunda beberapa minggu. Di internet juga belum banyak review soal menstrual cup ini. Ada sih beberapa review positif di Youtube, yang menambah keyakinan saya untuk beli ini.
Harganya mahal, jauh lebih mahal daripada Blossom. Saya beli dari Shopee seharga 600rb++.
Tapi saya rela untuk bayar idenya yang cukup bagus, karena menstrual cup ini punya valve, atau semacam saluran dengan "klep" untuk mengosongkan isinya. Sebenarnya pada menstrual cup biasa (seperti Blossom) mengosongkannya cukup merepotkan, karena mengeluarkan menstrual cup itu merupakan sebuah tantangan banget waktu baru belajar.
Kalau dibandingkan dengan Blossom, Aiwoo ini lebih kaku dan lebih tebal, agak sedikit lebih besar juga. Tidak sulit sih memasukannya, tapi yang membuat kurang nyaman yaitu stem-nya atau salurannya yang terlalu panjang (kalau buat saya, karena cervix saya posisinya agak rendah). Jadi waktu dipakai itu masih ada yang "nongol" :D. Ada yang bilang bisa dilipat, tapi saya belum berhasil.


Secara keseluruhan, pakai menstrual cup ini cukup nyaman, karena saya belum pernah merasa "bersih" waktu menstruasi. Biasanya kalau pakai pembalut selalu berasa basah dan lembab, dan takut bocor. Kalau pakai  menstrual cup tidak terasa seperti itu lagi, cuma kalau sudah penuh itu terasa seperti keluar udara dan spotting.

Layak dicoba loh untuk ibu-ibu dan para wanita lain. Karena selain ramah lingkungan (karena pembalut kan sekali pakai buang, dibandingkan dengan menstrual cup yang tahan bertahun-tahun), terasa nyaman juga karena bisa merasa "bebas" saat menstruasi. Selamat mencoba!!

Tuesday, February 26, 2019

I Wish I Knew: What & What Not to Buy

Pada post kali ini, saya akan membahas hal-hal yang saya harap saya ketahui ketika mempersiapkan kelahiran dulu. Kalau saya belajar dari kesalahan saya dulu, para pembaca bisa belajar dari kesalahan saya saja ya... Hahaha
Saya harap post ini membantu untuk calon ibu lain supaya tidak mengulangi kesalahan yang sama seperti yang saya buat dulu. Tapi perlu saya ingatkan lagi, kebijakan dan pola asuh tiap ibu dapat berbeda, oleh karena itu anda dapat menyikapi tulisan saya dengan bijak. Bila bermanfaat silakan diterapkan, kalaupun tidak cocok bisa diabaikan saja :)

Jadi dulu waktu persiapan kelahiran si buah hati, saya berbelanja berbagai peralatan dan keperluan bayi. Bersamaan dengan mertua dan ibu saya yang excited banget, sampai beli banyak barang walaupun saya sebenarnya tidak minta apa-apa. Saya sendiri juga belanja beberapa barang, tanpa pengalaman apa-apa mengenai perawatan bayi (maklum karena baru anak pertama). Oleh karena itu, ada beberapa barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan, atau sebenarnya butuh tapi membeli jenis yang kurang tepat.

Berikut ini adalah list keperluan bayi yang menurut saya penting sekali dan kurang penting, seperti:

1. Box Bayi: Kayu vs. Portable
Dulu saya kira, box bayi itu penting karena sebagai tempat bayi tidur. Tapi kenyataannya, ketika bayi saya lahir, saya yang menyusui secara eksklusif lebih suka tidur satu ranjang bersama bayi saya (co-sleeping). Kalau bayi menangis, tinggal disusui saja.
Tapi hal tersebut bisa saya lakukan karena saya termasuk orang yang diam ketika tidur, tidak berputar atau menendang, atau bahkan berguling. Jadi saya masih merasa aman ketika tidur bersama bayi.

Kemudian saya berpikir, mungkin masih bisa berguna untuk bayi ketika tidur siang, atau ketika agak besar nanti supaya bisa tidur sendiri. Memang, ternyata cukup berguna ketika bayi masih berumur 0-4 bulan, sebagai tempat tidur siangnya. Namun selain itu, box bayi itu tidak terpakai. Apalagi bayi gampang terbangun ketika diletakkan di ranjang, jadi ketika menidurkan bayi harus sambil disusui. Setelah anak saya agak besar (kira-kira 1 tahun), dia justru tidak mau tidur sendiri karena sudah terbiasa tidur bersama orang tuanya. Saya juga diberitahu perawat kalau tidur bersama itu meningkatkan bonding dengan bayi.

Alhasil, box bayi dari kayu yang berat dan memakan banyak space itu hampir tidak pernah terpakai, hingga akhirnya dibongkar dan dimasukkan gudang.

Box Bayi Portable Nuna

Nah setelah itu saya baru tahu kalau sekarang ada box bayi yang portable, dan sekarang sudah bermacam-macam model dan merknya. Box itu bisa dijadikan box bayi ketika baru lahir, dan bisa dibuat tempat tidur atau bermain ketika bayi sudah agak besar (bagian alasnya bisa diturunkan ke dasar). Bahkan bisa dibawa keluar kota karena gampang melipatnya. Selain harganya jauh lebih murah daripada box bayi yang kayu, box ini mudah dibawa-bawa, dan tetap kuat karena rangkanya dari besi.


2. Alat Steril: Uap, UV, atau Uap kering
Alat Steril Uap

Alat Steril UV
Dulu saya kira alat steril peralatan bayi itu ya semacam alat uap, atau bisa juga direbus di air mendidih. Tapi setelah ada alat steril uap, justru saya dibelikan lagi alat steril yang menggunakan UV, seperti Upang. Selain bisa mensterilkan, Upang juga bisa mengeringkan sisa-sisa air di peralatan bayi setelah dicuci. Alhasil, alat steril uap itu tidak lagi dipakai karena cukup ribet, harus diisi air dulu, dan setelahnya harus dikeringkan lagi dengan tisu. Sedangkan dengan alat steril UV, cukup dicuci dengan sabun cuci piring khusus bayi, kemudian (kalau saya) diciprat-ciprat hingga sisa tetes air yang kecil-kecil, langsung dimasukkan dan pencet tombol.


Alat Steril Uap Kering

Setelah itu beberapa lama kemudian, mertua saya (yang dulu hobi lihat-lihat peralatan bayi) lihat alat steril merk Panasonic, yaitu Dsterile, yang bisa mengeringkan dan mensterilkan, dan bisa memuat banyak peralatan. Berbeda dengan Upang, Dsterile ini menggunakan uap kering. Akhirnya alat inilah yang terpakai hingga anak saya besar, karena sekalian sebagai tempat menyimpan peralatan makannya (piring, mangkuk, gelas, botol minum, sendok garpu, dll).

3. Stroller
Alat ini memang alat yang wajib punya, karena berguna sekali. Selain untuk membawa bayi jalan-jalan, bisa juga untuk tempat menjemur bayi ketika pagi, dan tempat tidur bayi ketika di mall. Apalagi ketika bayi sudah besar dan berat, dan badan sudah mulai pegel-pegel, maka stroller adalah penyelamat.

Einhill Armadillo
Stroller pertama adalah pemberian mertua saya, yang dibeli berdasarkan rekomendasi dari SPG di toko bayi. Memang, stroller ini ringan dan gampang untuk melipat dan membukanya. Desainnya juga bagus karena simple dan ergonomis. Tapi setelah dipakai, ternyata cukup menyulitkan karena memasang sabuknya cukup susah, apalagi di bagian depannya tidak ada penghalang di antara kaki, jadi kalau sabuk tidak dipasang, tidak ada yang mencegah anak "merosot" ke bawah.

Ternyata keluarga besar saya menghadiahi stroller  juga, tapi beda model. Stroller ini rodanya lebih besar, lebih berat, tapi terlihat lebih aman karena kokoh.
Stroller Babyelle
Nah sebenarnya saya juga lupa tipe strollernya apa, tapi yang jelas itu merk Babyelle dan mirip-mirip seperti foto di atas. Bedanya cuma di tengahnya ada pembatas di selangkangan yang nyambung ke gagang pegangan itu. Menurut saya stroller ini lebih enak buat anak bayi, karena nggak perlu lepas pasang sabuk. Terutama anak bayi yang masih belum bisa umek-umek. Rangkanya lebih kokoh juga. Tapi jauh lebih berat daripada Babyelle.

4. Food Processor
Benda satu ini memang penting-nggak penting untuk persiapan MPASI. Karena termakan iklan dari SPG-nya toko bayi, maka saya memutuskan untuk beli food processor merk Babymoov. Yang ini nih tepatnya:


Babymoov Food Processor

Jadi food processor ini diklaim cepat dan praktis, bisa untuk blender dan mengukus secara bersamaan. Memang kalau baru mulai MPASI, bayi harus dikenalkan dari tekstur yang paling lembut (bukan cair ya), jadi perlu blender, dan kemudian diproses dengan cara dikukus. Atau bisa juga dikukus kemudian diblender.
Yang dulu saya tidak tahu, adalah kalau porsi makan bayi kan sedikit, jadi blendernya tidak bisa jalan (karena isinya loncat dan menempel di pinggir-pinggir). Saya juga sudah coba membuat porsi banyak kemudian dibekukan di freezer, jadi kalau mau diberikan tinggal dikukus kembali. Tapi kok kasihan sama bayi saya, toh saya juga bukan ibu bekerja jadi punya waktu untuk masak. Selain itu pisau dan mesin blendernya juga tidak cukup kuat, kalah dengan merk-merk lain yang terkenal. Memang, tujuannya kan untuk makanan bayi. Tapi ternyata juga tidak terpakai kalau porsinya terlalu kecil.........
Jadi..... blender itu tidak terpakai, dan saya sedih sekali sudah beli yang merk ini. Saya malah pakai blender yang biasa untuk bumbu milik keluarga, karena tempatnya kecil dan bisa melumatkan sampai benar-benar halus (tapi itu blender baru jadi bukan bekas bumbu-bumbu loh).
Kalau kukusannya masih terpakai ya, bahkan sampai sekarang anak saya umur 2,5 tahun. Karena sangat simple dan ada timer-nya jadi bisa mati sendiri, daripada pakai dandang yang besar. Sialnya, kukusan itu tidak bisa menyala kalau tidak ada bagian blendernya (karena ada sambungannya di tengah), jadi blendernya tetap ada di meja dapur dan "menuh-menuhin" tempat.

5. Teether
Dulu saya kira-kira sudah beli lebih dari 5 teether, mulai merk Sophie jerapah (yang mahalll), terus yang ada suara krincing-krincingnya, yang dari kain, yang modelnya lucu, dll, dan ternyata semuanya tidak terpakai.
Kenapa bisa banyak banget? Jadi saya beli satu, ternyata anak saya nggak mau. Karena kasihan lihat dia masukin tangannya ke mulut terus, akhirnya saya coba beli model lain. Ternyata nggak mau juga. Terus beli model lain lagi.... Begitu terus sampai saya koleksi banyak, baru saya pasrah kalau mungkin dia memang nggak suka pakai teether. Dan untungnya dia tidak suka memasukkan barang-barang asing ke dalam mulut selain tangannya.


Nah jadi itu dia 5 hal yang menurut saya penting untuk dibagikan, karena siapa tahu ada ibu-ibu lain yang punya pemikiran sama dengan saya, supaya tidak beli barang-barang yang akhirnya tidak terpakai.
Mungkin para pembaca punya pengalaman terlanjur beli barang untuk anak dan akhirnya tidak terpakai? Boleh dong sharing di komentar, atau ngobrol dengan saya di email langsung, silakan :)

Sunday, January 20, 2019

Things to Do: While You're Pregnant


Post kali ini saya dedikasikan untuk yang sedang hamil, baik anda sendiri atau orang yang anda kenal. Bisa disimak post berikut ini ya.

Tulisan ini murni berasal dari pengalaman saya sendiri ketika sedang hamil, tahun 2015-2016 lalu.

Pertama-tama, perlu saya tekankan kalau kondisi kehamilan tiap orang berbeda-beda. Jadi mungkin hal-hal berikut ini bisa saja cocok untuk beberapa orang dan tidak untuk beberapa orang lainnya. Silakan disesuaikan sendiri dengan kondisi kehamilan dan hal-hal lainnya ya 

1. Jalan-jalan sebelum hamil tua.
Pada saat itu, ketika umur kandungan masih baru trisemester awal, saya bersemangat mengajak suami untuk pergi liburan singkat berdua. Tidak usah muluk-muluk, saya hanya mengajak suami liburan ke Kota Batu dan menginap selama dua malam, berdua saja.
Kami sadar kalau sebentar lagi waktu kami akan selalu tersita dengan kehadiran buah hati, sehingga kami ingin memanfaatkan waktu berdua ini dulu.
Tapi jangan lupa, kemanapun tujuannya, selalu ingat agar tidak terlalu lelah ya, dan selalu konsultasikan ke dokter jika ada keluhan.

2. Meluangkan banyak waktu untuk diri sendiri (me time).
Jika ini kehamilan anak pertama anda, maka perlu diingat bahwa ketika anak anda sudah lahir, akan sangat sulit untuk meluangkan waktu bagi diri anda sendiri/me time. Oleh karena itu, gunakanlah waktu luang sebaik mungkin untuk melakukan kegiatan seperti perawatan, santai-santai di cafe, membaca buku, belanja baju hamil, menonton film, potong rambut, dan lain-lain. Yang penting anda merasa santai dan senang.

3. Melakukan kontrol rutin di dokter kandungan.
Setiap bulan, saya selalu kontrol ke sokter kandungan untuk melihat kondisi janin dengan USG. Senang rasanya dapat melihat bayi saya semakin besar, selain merasakan gerakan-gerakannya yang semakin kuat di dalam perut.
Selain memeriksa kondisi janin, dokter kandungan juga memeriksa kondisi ibu, seperti mengontrol berat badan, dan menjawab pertanyaan seputar keluhan-keluhan yang dirasakan.

4. Mempersiapkan nama bayi.
Hal ini tentu harus dilakukan, dan bagi saya dulu, bukan merupakan hal yang mudah. Nama adalah doa dan harapan dari orang tua, oleh karena itu harus dipersiapkan dengan sungguh-sungguh.
Baik melalui buku, ataupun browsing di internet, kegiatan ini bisa mengisi waktu luang anda dengan cukup menyenangkan.

5. Mempersiapkan kedatangan sang bayi.
Kegiatan satu ini bisa jadi cukup melelahkan, jadi pastikan bahwa anda mulai memikirkannya sejak awal, sehingga tidak terburu-buru "dikejar" waktu tanggal perkiraan kelahiran.
Dalam post berikutnya, saya akan membuat list barang-barang yang menurut saya perlu dan tidak perlu untuk dipersiapkan selama masa kehamilan.

6. Olahraga ringan (senam hamil, jalan pagi/sore, dll)
Seperti yang sudah saya bahas di post sebelumnya, saya dulu memang kurang olahraga, padahal saya berencana lahir normal. Saya hanya berjalan-jalan di mall setiap weekend bersama suami. Pada kenyataannya, ketuban saya pecah tanpa ada kontraksi dan bukaan hingga 9 jam, sehingga kami memutuskan untuk operasi.
Senam hamil biasanya sering diadakan di rumah sakit, terutama Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA). Anda bisa mencari informasi mengenai jadwalnya di rumah sakit terdekat. Atau jika anda mau, bahkan senam hamil dapat dilakukan di rumah. Banyak sekali sumber yang memberikan tutorial mengenai senam hamil, mulai dari video di Youtube, artikel di blog, web, dan lain-lain. Saya yakin, senam hamil itu membantu dalam proses persalinan.

7. Mempersiapkan hari kelahiran.
Anda mungkin sudah tahu mengenai tas darurat yang harus dipersiapkan pada hari-hari menjelang kelahiran. Mengenai isi tas yang harus dipersiapkan, anda dapat mencarinya pada banyak sumber di internet. Hal-hal tersebut seperti surat-surat untuk pembuatan akta kelahiran, baju ibu+bayi untuk pulang dari rumah sakit, baju-baju suami, pembalut nifas, dan lain-lain.
Saya akan membahas lebih lanjut mengenai hal ini pada post berikutnya.
Selain itu, ada baiknya jika anda melihat-lihat dulu di rumah sakit yang menjadi "kandidat" untuk tempat anda bersalin nanti. Perhatikan kenyamanan ruangannya, kebersihannya, keramahan staf dan perawatnya, jarak lokasi, dan sebagainya.

8. Banyak-banyak beristirahat.
Kira-kira beberapa minggu sebelum hari kelahiran, saya merasa selalu lelah sehingga banyak sekali tidur. Menurut saya, hal itu juga baik dilakukan, mengingat setelah lahiran nanti orang tua akan banyak begadang.
Bayi yang baru lahir masih belum mengikuti irama jam tidur kita, sehingga sangat mungkin bangun dan terjaga di tengah malam. Selain itu, bayi baru lahir juga perlu diberi ASI setiap 2 jam sekali. Bayangkan jam tidur yang akan terbuang untuk itu.
Oleh karena itu, bagi ibu hamil yang bekerja, ada baiknya jika mengambil cuti pada minggu menjelang hari perkiraan kelahiran.

Nah, itu kira-kira yang perlu dilakukan ketika sedang hamil versi saya. Bagaimana dengan anda? Semoga sehat selalu ya :)

Reminiscing My Pregnancy Journey

Sebagai pembukaan dari konten-konten lainnya dalam blog ini, lebih baik saya bercerita dulu tentang pengalaman kehamilan saya.

Saat itu akhir tahun 2015, dan saya benar-benar tidak sadar kalau saya hamil, terutama karena tanda-tandanya yang tidak jelas. Kalau ibu-ibu lain ada yang morning sickness sampai tidak bisa makan apa-apa, saya justru santai-santai saja. Tapi memang, di minggu-minggu pertama kehamilan saya merasakan gejala maag (atau setidaknya itu yang saya kira), karena memang saya punya penyakit maag kambuhan sejak remaja. Gejala tersebut benar-benar mirip maag, apalagi datangnya ketika waktu-waktu makan malam. Yang agak mengherankan adalah gejala itu muncul padahal saya tidak terlambat makan. Sebagai seorang yang sudah sering kena maag, saya berasumsi kalau pola makan saya biasanya memang kurang baik, jadi maag itu datang terus. Kemudian untuk mengatasi rasa sakitnya, dan mencegah supaya "maag" itu tidak bertambah parah, saya minum obat maag (promag, mylanta, dll). Anehnya gejala tersebut hilang kira-kira dalam waktu satu minggu saja.

Karena jadwal mens saya terlambat (2 bulan), saya tentu sudah mencoba testpack, yang dimana hasilnya adalah negatif (padahal itu kira-kira kandungan sudah hampir umur sebulan). Benar-benar bersih garisnya hanya satu. Oleh karena itu saya santai saja, terlebih mengingat saya sudah merasakan gejala kram perut seperti akan mens (atau, sekali lagi, setidaknya itu yang saya kira). Padahal itu adalah keadaan di mana rahim berkontraksi membesar karena menyiapkan kehamilan.

Baru kira-kira 2 minggu kemudian saya coba testpack lagi, karena mens tidak kunjung datang, dan saya merasa payudara saya agak membesar dan mengeras. Hasilnya ketika itu sudah positif. Sudah ada dua garis merah yang perlahan muncul menjadi jelas. Kemudian saya coba tes darah untuk kadar HCG, yang menunjukkan umur kehamilan yang sudah sebulan lebih. Barulah saya ngeh gejala-gejalanya selama sebulan ini.

Setelah mengetahui kehamilan tersebut, tentu saya langsung ke dokter kandungan di dekat rumah. Kata dokter, kandungannya masih kecil sekali sampai harus USG lewat bawah. Sebenarnya dokter agak bingung, karena tanggal haid terakhir dengan perkiraan gestasinya (penempelan ovum yang sudah dibuahi pada dinding rahim) jauh sekali, hampir satu bulan. Jadi, ukuran kandungan dan hasil kadar HCG menunjukkan usia kandungan satu bulan lebih, sementara perkiraan haid terakhir sudah dua bulan. Oleh karena itu, saya diberi obat penguat kandungan dan juga vitamin.

Pada minggu-minggu berikutnya, saya juga tidak merasakan morning sickness, hanya mual terhadap makanan tertentu, seperti telur. Padahal, telur itu baik untuk kesehatan janin. Namun saya tetap berusaha melengkapi gizi dengan makanan-makanan lain yang kaya protein selain telur. Syukurlah, tidak ada masalah saat bulan-bulan berikutnya hingga saat persalinan tiba.

Hingga minggu ke-39, saya tidak merasakan kontraksi sama sekali. Hanya kontraksi palsu yang kecil, dan tidak menyakitkan sama sekali. Sebenarnya saya ingin melahirkan normal, jadi tidak menyiapkan tanggal atau janjian dengan dokter kandungan saya. Tapi mungkin saya kurang rajin olahraga seperti senam hamil, atau jalan pagi, yang katanya bagus untuk merangsang pembukaan saat lahiran.

Tepat pada minggu ke-40, di hari perkiraan kelahiran, pagi itu ketuban saya pecah. Tidak ada kontraksi atau apapun, tapi saya tahu kalau itu ketuban pecah. Rasanya memang seperti ada yang pecah di dalam, dan air tiba-tiba keluar banyak di lantai. Warnanya kecoklatan seperti ada warna darah. Langsung saya membangunkan suami saya, yang kemudian panik seperti disambar petir. Saya tenang saja, karena tidak merasakan sakit kontraksi samas sekali. Bahkan saya sempat ganti baju di kamar mandi (seharusnya tidak boleh banyak bergerak ketika ketuban sudah pecah, karena akan membuat air ketuban semakin banyak keluar).

Setelah ditunggu 9 jam di rumah sakit, dan bukaan baru 2, jadi saya dan suami memutuskan untuk operasi saja. Hal tersebut mengingat air ketuban yang semakin habis (walaupun dokter bilang masih aman, dan bisa ditunggu sampai pagi). Saya memang tidak berniat mencoba induksi, karena di balik rasa sakitnya yang luar biasa, keberhasilan induksi juga tidak dapat dipastikan. Saya juga bukan orang yang benar-benar mengharuskan lahir normal. Yang saya pentingkan adalah bayi saya lahir selamat dan sehat.

Jadilah saya menjalankan operasi caesar, rasanya tegang dan dingin sekali saat di ruang operasi. Namun puji Tuhan bayi saya lahir sehat dengan berat badan yang normal.

Nah, berdasarkan pengalaman saya tersebut, ada beberapa hal yang bisa menjadi pelajaran untuk saya, dan mungkin juga untuk para pembaca sekalian:
1. Gejala PMS dan gejala kehamilan bisa jadi sangat mirip.
2. Testpack bisa jadi tidak menunjukkan hasil positif saat sudah hamil, karena kadar HCG yang terlalu rendah. Untuk hasil yang sangat akurat, lebih baik tes darah (tapi tes ini memang mahal).
3. Harus pandai mengatur gizi, baik dari makanan, vitamin, ataupun susu kehamilan. Sudah banyak sumber terpercaya mengenai hal ini di internet, bisa dicari sendiri.
4. Jika ingin melahirkan normal, maka harus berusaha dengan rajin olahraga senam hamil dan jalan sehat. Tidak harus ikut kelas senam hamil, melainkan dapat dilakukan sendiri di rumah. Panduan mengenai senam hamil juga sangat banyak di internet.
5. Apapun rencananya, baik melahirkan normal maupun caesar, ada kalanya kita harus berpasrah dan dan mengambil jalan yang terbaik untuk keselamatan anak kita.

Sekian sharing mengenai pengalaman kehamilan saya. Jika ada tanggapan, pertanyaan, atau sekadar menyapa, bisa dituliskan di kolom komentar.
Semoga berguna bagi para pembaca semuanya 
Terima kasih 

Welcome Notes

Halo!
Saya adalah seorang ibu dari anak laki-laki berumur 2 tahun. Dalam blog ini, saya akan membagikan pengalaman saya, baik dalam bentuk review, curhat, atau sekedar sapaan bagi para ibu lain yang membutuhkan semangat.
Motivasi saya untuk menulis blog ini adalah murni untuk membantu orang lain, karena saya sendiri adalah orang yang sering membutuhkan informasi dari internet. Hehehe.

Sekian perkenalan singkat dari saya. Saya akan mencoba untuk posting konten-konten baru secepatnya.

Selamat datang! Selamat membaca :)

Requested Topic: Mengatasi BAPILNAS Tanpa Obat Kimia?

Halo ibu-ibu semuanyaaa... Maaf ya karena saya lama tidak menulis di blog ini, karena akhir-akhir ini rasanya capek dan sibuk dengan kerjaan...