Sunday, March 31, 2019

Back to Nature: Review Sensatia Botanicals


Kali ini saya mau menulis tentang produk skincare, merk lokal Sensatia Botanicals yang diproduksi di Bali. Sensatia Botanicals ini sudah tersertifikasi organik dan halal.
Belakangan ini, sejak hamil saya suka cari produk-produk yang bebas paraben, bahkan kalau bisa yang lebih natural lagi. Yang minim bahan kimia.


Sebelum coba Sensatia Botanicals, saya sempat coba Gentle Cleanser merk Cetaphil, karena banyak banget yang bilang bagus dan enak dipakainya. Saya lihat komposisinya di internet dan memang aman dari paraben, malah komposisinya simple banget. Tapi satu yang saya heran, yaitu masih mengandung SLS (detergen).

Saya sempat coba 2-3 kali untuk cuci muka, kulit saya mulai terasa panas. Mulai dari muka sampai bahu bagian atas jadi merah-merah dan terasa panas kalau dipegang. Dan hal ini berlangsung selama beberapa hari. Waktu itu saya sudah coba berhenti pakai Cetaphil Gentle Cleanser-nya, tapi setelah sudah membaik, saya jadi takut mau pakai lagi. Memang sebenarnya belum tentu itu gara-gara Cetaphilnya, bisa saja saya alergi akan sesuatu. Tapi anehnya saya tidak makan makanan yang tidak biasanya saya makan, dan kebetulan terjadi waktu saya habis ganti sabun muka. Karena sudah terlanjur pesimis sama "Gentle Cleanser" itu, jadi saya jual lagi di Carousell dengan harga murah.

(nb: saya juga pernah pakai body lotion-nya Cetaphil, tapi kulit saya tidak apa-apa, malah menurut saya bagus banget karena awalnya kulit saya kering parah, dan kembali normal setelah pakai body lotion-nya)

Karena kejadian itu, saya coba cari-cari di internet lagi dan kebetulan nemu Sensatia Botanicals ini, yang punya sabun cuci muka "Soapless Facial Cleanser". Saya langsung tertarik beli karena lihat produk-produk lainnya juga semuanya organik.

Setelah barangnya datang dan saya coba, saya langsung jatuh cinta. Memang pertama kali agak kaget sama baunya, karena pakai bahan-bahan alami jadi kayak bau bunga-bunga dan bau tanaman gitu. Sebenarnya ada yang varian unscented, mungkin baunya lebih samar ya. Tapi waktu dipakai di muka rasanya enak banget, tidak membuat kulit kering sekaligus memberi rasa bersih juga. Dan terutama, tidak membuat kulit saya merah dan terasa panas.

Tapi kembali lagi, memang untuk suatu produk, tidak bisa sama hasilnya untuk semua orang ya. Karena ibu saya coba pakai produk itu, tapi malah muncul jerawat. Adik ipar saya juga coba tapi malah "mrintis" (muncul kasar-kasar atau seperti jerawat kecil-kecil). Kalau saya cocok dengan pembersih wajah ini karena memang kulit saya tipe kering ke normal. Mungkin untuk tipe kulit mudah berjerawat bisa pakai yang varian "Acne Clarifying Facial Cleanser".





Merasa cocok dengan Facial Cleanser-nya, saya kemudian coba produk-produk lain juga.
1. Cocoa & Honey Lip Bliss
Lip balm ini baunya enak karena bau coklat, dan ada rasa mint-mintnya. Setelah diaplikasikan di bibir, cukup enak juga karena memang melembabkan bibir saya yang lagi kering parah. Tapi memang gampang hilangnya yah, jadi harus sering dipulas lagi.


2. Hydrating Body Wash
Jadi ini sabun mandi cair (sebenernya mereka juga punya sabun mandi batangan tapi saya lebih suka pakai yang cair biar nggak ribet), dan menurut saya ini memang hydrating seperti namanya. Saya dulu sering sekali mengalami kulit kering di badan, terutama kaki bagian bawah lutut. Tapi saat pakai sabun ini, saya hampir tidak pernah mengalami "kekeringan" itu lagi. Mantul banget lah pokoknya. Sabunnya cukup berbusa juga kok walaupun tanpa detergen/SLS.

3. Hydrating Shampoo
Nah untuk produk ini sebenarnya saya kurang suka. Kenapa? Soalnya hampir nggak berbusa. Sedangkan saya sudah terbiasa keramas dengan banyak busa, karena terasa lebih bersih. Jadi pakai shampoo ini berasa kurang bersih gitu di kulit kepala. Kalau rambutnya sih, setelah dibilas memang terasa jadi keset, tapi waktu keramasnya itu loh, kayak kurang greget aja. Dan produk ini kayak kurang bisa nyebar, jadi saya harus ambil samponya agak banyak.

4. Hydrating Conditioner
Beda jauh sama shampoo-nya, kalau conditionernya ini saya sukaaa banget. Saya inget kepala saya dulu pernah gatal-gatal gara-gara pakai conditioner (merk sebangsanya pantene dll) di kulit kepala. Selain itu kepala juga jadi berminyak parah. Nah kalau conditioner ini, memang cara pakainya dari kulit kepala sampai ke ujung rambut. Jadi menurut saya ini untuk menyeimbangkan shampoo-nya. Walaupun shampoo-nya bikin rambut keset dan nyangkut-nyangkut, tapi setelah pakai ini jadi bener-bener mulus. Dan setelah dibilas, nggak membuat kulit kepala berminyak ataupun gatal-gatal. Cuma terasa lembut, itu ajah.
5. Cleopatra's Rose Facial Hydrate
Saya dapat produk ini dari adik ipar yang kebetulan pulang dari liburan di Bali (lumayan, dapat oleh-oleh). Untuk produk satu ini, sayang banget saya kurang suka. Pelembab ini bahan dasarnya minyak, jadi setelah diratakan di wajah juga terasa berminyak. Saya selalu pakai malam sehabis cuci muka, dan setelah beberapa hari malah di wajah saya ada spot yang kering banget, sampai terasa kasar-kasar dan mengelupas kecil-kecil. Sedih banget rasanya. Mungkin salah saya, karena di petunjuknya sudah ditulis untuk pakai toner dulu. Masalahnya dulu saya belum punya tonernya... Hehehe


6. Karena kulit saya kering, akhirnya saya jadi coba beli toner-nya, yang Neroli Blossom. Ini menurut saya bagus banget untuk yang kulitnya kering seperti saya. Toner ini seperti mist spray, jadi disemprotkan ke wajah dan tinggal diratakan dengan tangan. Saya kombinasikan ini dan Bio Oil, jadi setelah toner-nya kering (keringnya cukup cepat dan meresap di kulit, walaupun tanpa alkohol), saya oleskan Bio Oil di bagian-bagian yang kering. Alhasil setelah hampir seminggu, kulit saya sudah kembali mulus.

7. Barengan sama toner-nya, saya juga coba face scrub untuk menghilangkan sel-sel kulit mati. Baunya agak menyengat sih, tapi setelah dipakai cukup enak juga karena tidak membuat kulit wajah jadi kering.
Minusnya kalau menurut saya sih... Mungkin bulir-bulir scrub-nya agak kurang kecil. Saya masih merasa bulir-bulis scrub di sabun cuci muka seperti biore, ponds dll itu masih lebih kecil dan lebih bisa "menggosok" wajah dengan lembut. Tapi ingat, Sensatia ini scrubnya organik dari kelapa, sedangkan yang di sabun muka itu dari silica. Jadi ada plus-minusnya sendiri ya.

Jadi.... yah secinta itu saya sama Sensatia Botanicals. Walaupun memang ada beberapa yang kurang cocok di saya, tapi saya bisa maklumi mengingat ini organik. Malah produk-produk lainnya saya suka bangettt.

Jadi untuk ibu-ibu yang sedang hamil dan menyusui, bisa banget coba produk ini yah. Untuk lainnya yang mau coba pakai produk alami, ini bener-bener bagus. Apalagi ini produksi lokal lhoo. Ayo kita cintai produk Indonesia!

Friday, March 22, 2019

Sharing Session: Weaning Story (Menyapih)


Buat yang sudah baca tulisan saya tentang Lemonilo, mungkin sudah tahu kalau saya masih menyusui (ASI) sampai anak saya umur 2,5 tahun.


Sebenarnya ada banyak pertimbangan kenapa saya tidak menyapih sejak awal, atau pas ketika umurnya 2 tahun. Tapi yang pertama pertimbangan saya itu adalah, karena anak saya itu nggak suka minum susu sapi. Saya sudah coba berbagai macam susu, mulai dari susu formula, dan UHT seperti Bebelac Go, Chill-Go, Greenfield, Frisian Flag, Ultra Mimi, Indomilk, dengan berbagai macam rasa. Saya juga belinya yang ukuran imut-imut itu loh, dan anak saya itu minumnya cuma berapa teguk terus nggak mau lagi. Kalau dirayu-rayu mau minum beberapa teguk lagi. Tapi intinya nggak pernah sampai habis, setengah pun jarang.

Selain itu, faktor mindset saya sendiri, karena saya kasihan kalau dia harus kehilangan hal yang dia sukai. Biasanya anak saya selalu tidur sambil menyusu, kalau bosan, menyusu. Setelah tidak bertemu seharian juga minta susu. Seperti yang ibu-ibu tahu, menyusui itu memang bonding time yang berharga sekali. Menyusui itu suatu anugrah yang indah dan saya saat itu belum rela melepaskannya.

Kemudian ketika anak saya memasuki usia 2,5 tahun, saya mulai mengurangi intensitas menyusunya. Terutama ketika liburan ke kampung halaman selama tiga hari. Saat itu, setiap hari selalu pergi bersama keluarga besar. Jadi perhatiannya teralihkan karena berada di suasana dan orang-orang yang "tidak biasanya". Selama 3 hari itu saat siang ia tidak pernah minta menyusu. Sisa pagi bangun tidur, dan malam hari. Kemudian setelah pulang ke Surabaya, saya ingin melanjutkan intensitas tersebut, bahkan menguranginya secara bertahap.

Kalau siang hari, saya memberinya pengertian, kalau sudah besar tidak bisa menyusu lagi karena sudah bukan baby. 3-5 hari awal memang berat saat waktunya tidur siang, karena dia sudah mengantuk tapi tidak diperbolehkan menyusu, kemudian marah-marah. Jadi saya gendong-gendong dan dinyanyikan sampai tertidur. Rasanya jadi seperti kembali saat dia bayi...


Saya mulai berpikir kalau mungkin menyapih ini tidak akan menghentikan kedekatan saya dengan anak saya, tapi Tuhan menggantikannya dengan cara lain.

Setelah berlangsung sekitar 2 minggu, kemudian pada suatu "momen" :p, suami saya bilang kalau ASI saya rasanya kecut. Saya jadi agak takut dan kemudian cari-cari di internet. Dari hasil browsing yang saya dapat, bisa saja itu karena saya kurang makan karbohidrat. Saya memang saat itu sedang mengurangi makan, karena berat saya sejak melahirkan masih nyantol 3 kilo. Jadi mungkin saja terjadi penumpukan asam laktat, karena tidak ada karbohidrat yang bisa diubah jadi gula. (Setidaknya itu yang saya tangkap)

Saya jadi makin mantap untuk menyapih, karena kasihan kalau anak saya harus minum ASI yang rasanya asam. Malah saya membayangkan kalau itu berbahaya untuk lambungnya (meskipun saya tidak tahu sebenarnya begitu atau tidak).

Dalam suatu pembicaraan dengan anak saya saat sebelum tidur, anak saya hatinya sedang ceria. Kemudian saya ambil kesempatan itu untuk beritahu, kalau besok sudah tidak menyusu lagi kalau mau tidur. Dan dia jawab iya. Kemudian saya yakinkan lagi, dan jawabnya tetap iya. Besoknya, ternyata dia masih minta menyusu, tapi untunglah suami saya suportif dan berusaha mengalihkan perhatiannya. Begitu terus yang saya lakukan selama beberapa hari kemudian. Saya selalu ingatkan kalau dia sudah besar, dan dihibur dengan rencana-rencana untuk anak yang sudah besar (anak saya minta main roller coaster). Saya berjanji untuk mengajaknya ke taman hiburan dan naik wahana di sana (tentunya bukan roller coaster).

Dan itulah, sejak itu anak saya sudah berhenti minum ASI lagi. Saya selalu berusaha untuk memberi susu sapi, tapi dia tidak suka. Jadi saya beri produk-produk turunan susu seperti yoghurt anak-anak dan keju yang untungnya dia sangat suka. Selain itu saya juga berikan suplemen kalsium untuk anak, supaya kebutuhan kalsiumnya tetap terpenuhi.

Jadi tips saya untuk ibu-ibu lainnya:
1. Kalau menurut saya, menyapih itu lebih baik bertahap dan perlahan. Saya tidak mau pakai metode puting diwarnai, diberi kayu putih atau sebagainya, karena saya tidak mau berbohong. (Saya pernah baca tentang "jangan berbohong pada anak jika tidak ingin dibohongi oleh anak anda").
Note: Tapi tentu ini tidak bisa diterapkan kalau harus menyapih karena kondisi yang terpaksa, seperti karena sakit, dsb.

2. Beberapa hari pertama memang berat, tapi jangan menyerah dan tanamkan pemikiran yang mantap. Mengertilah kalau anak anda hanya ingin menyusu untuk merasa dekat dengan anda, karena itulah yang dilakukannya sejak lahir. Biasanya mereka mencari hal lain untuk menggantikan "ritual" menyusu sebelum tidur. Kalau anak saya sekarang ingin tidur ditemani ayah ibunya (biasanya cuma cari ibunya saja).

3. Setelah berhenti menyusui, mungkin anda akan kagum dengan perubahannya. Anak saya makannya jadi lebih lahap dan beratnya naik satu kilo (padahal biasanya susahhh sekali menaikkan beratnya). Selain itu, ketika tidur malam, saya bisa menyaksikan bonding antara dia dan ayahnya yang sekarang selalu disayang-sayang. Padahal dulu termasuk jarang cari ayahnya.


Jadi begitu ibu-ibu cerita menyapih ala saya... Bagaimana dengan anda? Cerita yuk.


Tuesday, March 12, 2019

Back to Nature: Lemonilo, Pengobat Rindu Makan Indomie

(Saya tidak dibayar oleh pihak Lemonilo. Tulisan ini sekedar inisiatif untuk berbagi pengalaman pribadi)



Siapa yang sudah pernah dengar Lemonilo ??
Ya, itu mie instan yang katanya dibuat dari bahan alami dan dengan proses yang lebih sehat dari mie instan pada umumnya (Indomie, Sedaap, dll)

Jadi ceritanya saya itu menyusui ASI Eksklusif sejak anak saya lahir hingga 2,5 tahun. Dan selama itu pula saya menjaga makanan yang saya makan, makan sehat dan menghindari pengawet, perasa, MSG, dll. Jadi saya sudah sejak 2016 tidak makan Indomie dan sebangsanya (termasuk Pop mie juga). Selain mie instan, saya juga benar-benar menghindari ayam KFC, MCD, dan ayam horn lainnya (cuma makan kalau terpaksa, nggak ada makanan lain).

Nah kemudian waktu usia anak saya 2 tahun lebih, saya lihat iklan di Youtube, tentang mie instan yang sehat karena dibuat dari bahan-bahan alami. Kemudian saya cari tahu lebih dalam di internet, katanya mie instan tersebut dibuat dari bayam, dan diproses (dikeringkan) dengan cara dipanggang, bukan digoreng seperti mie instan lainnya. Mie tersebut juga tidak menggunakan MSG, pengawet dan pewarna. Oleh karena itu masa penyimpanannya tidak bisa terlalu lama.

Rasanya too good to be true banget sih. Saya belum pernah tahu ada mie instan yang sehat.

Nah kemudian karena penasaran saya mulai cari, di Hypermart, Superindo, Indomaret, waktu itu belum ada. Dan saya nggak sengaja nemu di Alfamidi.

Gimana rasanya???

ENAKK. Rasanya miriipp sama Indomie goreng. Bumbunya juga mirip dengan Indomie, ada minyaknya, kecap, bumbu bubuk dan bubuk cabai. Tapi tekstur mie-nya agak lebih keras sih, tidak sekenyal Indomie.

Untuk harganya memang agak mahal, dijual kurang lebih seharga Rp7000,- di supermarket-supermarket. Tapi untuk pengobat rindu makan Indomie untuk ibu menyusui seperti saya, worth it laahh...

Nah gimana, ibu-ibu sudah pada coba?
Gimana pendapatnya? Boleh kalau mau share yah...

Thursday, March 7, 2019

I Wish I Knew: What's in an Hospital Bag

Seperti yang saya janjikan pada post While You're Pregnant, kali ini saya mau share salah satu persiapan kelahiran yang paling penting: Hospital Bag atau tas yang nantinya akan dibawa ke rumah sakit, supaya kalau sudah kontraksi, atau ketuban pecah, tidak usah bingung menyiapkan barang-barang bawaan lagi, tinggal bawa saja.
Selain untuk yang berencana lahir normal, anda yang berencana melahirkan dengan metode caesar juga perlu menyiapkan hospital bag ya, untuk jaga-jaga aja. Sebaiknya hospital bag ini disiapkan sebelum memasuki trisemester ketiga.

Dulu saya juga baru tahu hospital bag ini dari internet, tapi tentu berbeda sumber, beda pula saran yang diberikan. Dan itu tentu saja tergantung pada masing-masing orang, tentang apa yang perlu dan tidak perlu. Jadi sekarang saya akan membagikan list saya, dan akan saya bahas apakah kenyataannya barang tersebut benar-benar dibutuhkan.

  • 2 pasang baju untuk ibu: 1 untuk cadangan baju di rumah sakit, dan 1 untuk dipakai saat pulang dari rumah sakit
Baju untuk ibu ini memang penting. Dulu saya bawa beberapa piyama untuk dipakai di RS, dan ternyata juga tidak terlalu terpakai, karena nanti kita akan dipinjami baju rumah sakit. Tapi tetap perlu baju cadangan, terutama untuk persiapan saat pulang. Tapi satu hal yang saya pelajari dari pengalaman saya: bawa baju yang bisa digunakan untuk menyusui! Karena saya dulu nggak kepikiran sama sekali kalau saya akan sering menyusui bayi. ASI bakal keluar atau tidak saja, saya masih belum yakin. Baru deh waktu mau pulang dari RS, saya ganti baju dan anak saya nangis, mau menyusui tapi baju yang saya bawa itu rok terusan yang modelnya seperti daster (maklum karena masih terlihat buncit, biar nggak kelihatan). Akhirnya saya ganti baju piyama untuk pulang dari RS.


  • Bra Menyusui
Jangan lupa untuk menyiapkan juga bra khusus untuk menyusui, karena capek loh kalau harus lepas pasang bra untuk menyusui. Untuk awal kelahiran, lebih baik gunakan bra menyusui yang tidak berkawat dan ber spons. Tapi sediakan juga bra menyusui dengan spons atau kawat untuk digunakan ketika bepergian. Oh iya, siapkan juga breast pad karena mungkin ASI bisa bocor dan tembus ke baju.

  • Baju untuk bayi foto dan saat pulang dari RS
Dulu saya tidak menyiapkan baju apa-apa untuk foto, jadi bajunya dipinjami dari rumah sakit. Mungkin lucu juga sih kalau saya bawakan kostum bayi supaya fotonya lebih bagus. Selain itu, saat pulang dari rumah sakit, saya bawakan baju lengan panjang dan celana panjang supaya hangat di perjalanan.

  • Pampers cadangan
Di rumah sakit, bayi saya dipakaikan pampers merk Cuddles. Untungnya dia cocok-cocok saja, tidak ada iritasi apapun. Tapi sebaiknya berjaga-jaga bawa beberapa pampers sendiri supaya kalau ada iritasi tetap ada pilihan lain.

  • Baju ganti untuk suami
Selain peralatan untuk ibu dan anak, jangan lupakan suami juga ya... Sediakan beberapa dalaman, baju rumah dan baju pergi, karena bisa digunakan untuk menemui pengunjung.

  • Lip Balm
Kalau anda sudah baca pengalaman saya selama hamil sampai melahirkan (anda bisa baca di sini), maka anda akan tahu alasannya kenapa akhirnya saya memutuskan untuk operasi, padahal tanpa rencana apa-apa. Nah untungnya saya membawa lip balm, karena bibir saya sempat terasa pecah-pecah. Memang sebelum operasi, prosedurnya adalah puasa dulu beberapa jam. Setelah operasi pun, tidak boleh minum air banyak-banyak dulu. Apalagi di ruang operasi itu sangat dingin, ditambah perasaan deg-degan mengetahui kalau perut kita ini mau disayat. Nggak tahu deh sepucat apa wajah saya waktu itu. 

  • Surat-surat untuk membuat akte lahir
Sekarang, sudah ada layanan pembuatan akte lahir oleh rumah sakit. Jadi anda hanya perlu menyiapkan surat-surat yang dibutuhkan, seperti KTP anda dan suami, akte pernikahan, dan KK. Tapi coba cek dulu di daerah anda, siapa tahu persyaratannya berbeda. Dengar-dengar, sekarang juga akan diberlakukan KTA atau KTP Anak, dan bisa diurus ketika di RS juga. Jadi lebih baik diurus sekalian dengan akte kelahiran.

  • Minyak kayu putih dan kaus kaki
Setelah keluar dari ruang operasi, badan rasanya dingin sekali, dan baru kembali normal setelah beberapa minggu. Jadi saya dulu pakai minyak kayu putih, kaus kaki, dan selimut tebal (dari RS) untuk menghangatkan badan.

  • Beberapa pembalut nifas (versi saya: adult diapers/popok dewasa)
Saya sempat diberitahu oleh seorang keluarga, kalau ia dulu pakai adult diapers setelah melahirkan. Dan ternyata benar juga, saya sempat pakai pembalut untuk malam hari yang paling panjang, dan ternyata masih kurang nyaman karena bocor (darah nifas memang banyak di awal). Cukup repot juga karena terkena celana dalam dan nanti pulang harus cuci-cuci lagi (saya biasa cuci dalaman sendiri). Kalau pakai adult diapers, tinggal pakai saja, tidak mungkin bocor, dan setelah selesai tinggal dibuang. Tapi saya pakai adult diapers cuma beberapa hari setelah melahirkan, setelah itu lanjut pembalut biasa.

  • Sabun shampoo, handuk
Saya sudah menyiapkan perlengkapan mandi seperti sabun, shampoo, dan handuk, yang ternyata sudah disiapkan oleh pihak RS, jadi tidak terpakai. Tapi lebih baik tanyakan dengan pihak rumah sakit pilihan anda dulu ya.

  • Sikat gigi
Biasanya kalau berpergian dan menginap di hotel, walaupun disediakan sikat gigi dan pasta gigi, saya dan suami selalu pakai milik sendiri. Jadi barang ini harus ada di tas.

  • Make up dan sisir
Tidak usah bawa banyak alat make-up, tapi bawa yang dasar-dasar saja seperti pensil alis, bedak, dan lipstik. Dulu saya tidak mempersiapkan hal ini, jadi muka saya benar-benar kelihatan pucat dan kusut.


Kira-kira itulah list hospital bag ala saya. Mungkin menurut ibu-ibu atau pembaca sekalian, masih ada yang kurang? Boleh di-share ke saya di kolom komentar ya :)

Tuesday, March 5, 2019

Back to Nature: Menstrual Cup Review (Blossom dan AIWO)

Mumpung ada kesempatan untuk menulis, saya ingin membagikan review dari benda yang lagi hot di Indonesia nih, padahal aslinya sudah muncul lama di luar negri. Saya juga baru berani coba beberapa bulan lalu, dan saya sendiri selalu cari review-nya dulu kalau akan membeli barang. Berhubung review tentang menstrual cup ini masih jarang ada versi Indonesianya, jadi saya buat ini untuk mendukung para wanita lain untuk ikut mencoba. Semoga review ini berguna.



1. Blossom Cup
Menstrual cup ini saya beli dari Tokopedia, dengan harga 345.000. Cukup mahal sih menurut saya kalau buat barang sekecil itu *ibu ibu pelit*. Oleh karena ituuu saya tidak mau beli yang harganya 600 ribuan dulu, walaupun merknya lebih terkenal. Tapi untuk Blossom Cup ini sudah saya baca review-nya di Google dan banyak banget yang bilang bagus. Jadi saya coba deh.
Blossom Cup
Blossom Cup
Setelah barangnya datang, saya cukup senang karena ternyata bentuknya tidak sekaku yang saya bayangkan. Cukup lentur tapi tidak rapuh. Punya saya persis seperti itu, warna pink, dan karena saya tidak melahirkan normal seperti yang saya inginkan, maka saya beli ukuran yang kecil. Menstrual cup ini punya empat lubang kecil di bagian atasnya, dan ada batang atau stem di bagian bawah. Oiya di dalam kotaknya juga ada kantung kecil dari kain yang imut, untuk membawa menstrual cup ini kalau bepergian. Selain itu ada juga panduan untuk pemakaian menstrual cupnya.

Setelah saya coba gunakan, menurut saya sih cukup nyaman (kecuali saat pertama kali memasukkan dan mengeluarkan, karena itu yang paling sulit). Tapi setelah beberapa kali, sudah terbiasa, menurut saya nyaman sekali karena tidak ada rasa basah dan lembab seperti ketika memakai pembalut. Selain itu saya bisa tidur dengan nyaman di malam hari, tidak takut tembus. Memang sih masih ada spotting, jadi saya tetap pakai pantyliner untuk jaga-jaga.
Untuk stem-nya, kalau untuk saya itu masih terlalu panjang, jadi saya potong sedikit dan dirapikan dengan gunting kuku agar pinggirannya tidak tajam. Dan ini kalau untuk saya yang biasanya menstruasi cuma sampai medium flow, masih agak kurang besar daya tampungnya. Jadi kalau biasanya menstruasi anda flow-nya banyak, mungkin bisa pakai model lain yang daya tampungnya lebih besar.


2. Lunette Feelbetter Menstrual Cup Cleanser
Saya juga beli sabun khusus pencuci menstrual cup. Karena bahannya silicon, saya tidak yakin sabun apa yang harus digunakan untuk mencuci selain sabun khususnya Saya sempat berpikir untuk pakai sabun cuci alat makan bayi. tapi tulisannya tidak boleh memakai sabun cuci piring juga.
Jadi untuk sabunnya saya beli merk Lunette. Harganya mahal, sekitar 200 ribu lebih, tapi isinya cukup banyak, dan pakainya cuma butuh sedikit sekali. Jadi (seharusnya) awet.
Lunette Feelbetter Menstrual Cup Cleanser
Teksturnya cair, warnanya bening, dan baunya cukup enak. Tidak terlalu wangi, tapi ada wangi segar-nya. Memang dengan beberapa tetes saja, sudah bisa menyebar di permukaan ya, jadi hati-hati saat pertama kali mengeluarkan sabunnya supaya tidak terlalu banyak. Tidak ada jejak licin-licin juga, jadi tetap terasa bersih.

3. AIWO Menstrual Cup
AIWOO Menstrual Cup
Ini adalah menstrual cup kedua yang saya beli setelah Blossom. Awalnya cukup ragu juga waktu mau beli, sampai saya tunda beberapa minggu. Di internet juga belum banyak review soal menstrual cup ini. Ada sih beberapa review positif di Youtube, yang menambah keyakinan saya untuk beli ini.
Harganya mahal, jauh lebih mahal daripada Blossom. Saya beli dari Shopee seharga 600rb++.
Tapi saya rela untuk bayar idenya yang cukup bagus, karena menstrual cup ini punya valve, atau semacam saluran dengan "klep" untuk mengosongkan isinya. Sebenarnya pada menstrual cup biasa (seperti Blossom) mengosongkannya cukup merepotkan, karena mengeluarkan menstrual cup itu merupakan sebuah tantangan banget waktu baru belajar.
Kalau dibandingkan dengan Blossom, Aiwoo ini lebih kaku dan lebih tebal, agak sedikit lebih besar juga. Tidak sulit sih memasukannya, tapi yang membuat kurang nyaman yaitu stem-nya atau salurannya yang terlalu panjang (kalau buat saya, karena cervix saya posisinya agak rendah). Jadi waktu dipakai itu masih ada yang "nongol" :D. Ada yang bilang bisa dilipat, tapi saya belum berhasil.


Secara keseluruhan, pakai menstrual cup ini cukup nyaman, karena saya belum pernah merasa "bersih" waktu menstruasi. Biasanya kalau pakai pembalut selalu berasa basah dan lembab, dan takut bocor. Kalau pakai  menstrual cup tidak terasa seperti itu lagi, cuma kalau sudah penuh itu terasa seperti keluar udara dan spotting.

Layak dicoba loh untuk ibu-ibu dan para wanita lain. Karena selain ramah lingkungan (karena pembalut kan sekali pakai buang, dibandingkan dengan menstrual cup yang tahan bertahun-tahun), terasa nyaman juga karena bisa merasa "bebas" saat menstruasi. Selamat mencoba!!

Requested Topic: Mengatasi BAPILNAS Tanpa Obat Kimia?

Halo ibu-ibu semuanyaaa... Maaf ya karena saya lama tidak menulis di blog ini, karena akhir-akhir ini rasanya capek dan sibuk dengan kerjaan...